Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serbaneka Vaksinasi Perdana Covid-19 di Depok, Berjalan Lancar Tanpa Timbulkan Reaksi

Kompas.com - 15/01/2021, 07:42 WIB
Vitorio Mantalean,
Nursita Sari

Tim Redaksi

 

Vaksinasi tak timbulkan reaksi

Sebelum disuntik, para pejabat menjalani penapisan/screening, pengecekan kesehatan, dan menjalani penyuluhan serta pemantauan reaksi sekitar 30 menit setelah vaksinasi.

Total waktu yang diperlukan untuk seluruh tahap vaksinasi terhadap 10 orang itu pagi tadi sekitar 90 menit.

"Memang ternyata tidak terasa disuntik itu, cuma khawatir saja awal mau disuntiknya," ujar Wakil Wali Kota Depok Pradi Supriatna, kemarin.

"Setelah (divaksinasi) itu kami diberikan rehat 30 menit, ada reaksi apa, dan ternyata tidak ada reaksi pada kami, setelah itu dikasih roti dan air mineral. Yang terakhir ditensi kembali, diperiksa kembali, kemudian diberikan arahan-arahan terkait reaksi yang terjadi pada orang yang habis divaksin. Setelah ini kami akan kembali dua pekan ke depan," ungkapnya.

Baca juga: Depok Tunggu Ridwan Kamil Terbitkan Pergub soal Sanksi bagi Penolak Vaksinasi Covid-19

Kapolres Metro Depok Kombes Imran Edwin Siregar dan Dandim 0508/Depok Kolonel Agus Isrok Mikroj berpendapat senada.

Tidak ada reaksi atau efek samping di luar dugaan yang mereka rasakan.

"Saya kira biasa aja, malah lebih sakit (vaksinasi) meningitis kalau kita mau umrah, tebal (jarumnya). Kalau ini (vaksinasi) Covid-19 enggak," ujar Kombes Imran.

"Tadinya sempat kami berpikir akan seperti apa, tapi ternyata tidak terasa. Untuk masyarakat enggak usah khawatir, enggak usah ragu, enggak usah takut," timpal Kolonel Agus.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Novarita mengaku tidak merasakan apa-apa selama vaksinasi.

Dia mendesak warga supaya ikut divaksinasi jika giliran mereka tiba kelak.

"Kalau menolak, kalau kata saya malah rugi," ujar Novarita kepada wartawan.

Baca juga: Warga Depok Diminta Tak Khawatir Vaksinasi Covid-19 Gratis, Kadinkes: Rugi kalau Menolak

Sebagai informasi, vaksin CoronaVac ini berbanderol 30 dolar AS atau sekitar Rp 424.000 per dosis.

Presiden RI Joko Widodo sebelumnya pernah mengumumkan bahwa vaksinasi Covid-19 tidak dipungut biaya.

"Mungkin nanti ada kebijakan baru lagi, bayar atau apa, kan pemerintah, kami enggak tahu," imbuh Novarita.

Distribusi dikebut

Usai dipakai 10 dosis untuk penyuntikan 10 pejabat kemarin pagi, sisa 11.130 vaksin CoronaVac kini sedang dalam proses distribusi ke fasilitas-fasilitas kesehatan (faskes).

Distribusi dilakukan secara cepat dan ditargetkan beres hari ini.

"Distribusi hari ini (kemarin) ke 32 faskes, besok (hari ini) ke 28 faskes," kata Novarita.

Total, ada 20 rumah sakit swasta, dua rumah sakit milik negara (RSUD Kota Depok dan RS Bhayangkara/Brimob), serta 38 puskesmas yang akan menerima kiriman vaksin-vaksin CoronaVac tersebut.

Vaksin-vaksin ini akan disuntikkan kepada tenaga kesehatan sebagai prioritas utama vaksinasi Covid-19 tahap 1.

Baca juga: Depok Kirim Vaksin Sinovac ke 22 RS dan 38 Puskesmas hingga Siapkan 252 Vaksinator

Jumlah vaksin yang diterima masing-masing fasilitas kesehatan berbeda, sesuai dengan jumlah tenaga kesehatannya. Vaksinator pun dipastikan telah siap.

"Sudah ada peruntukannya. Per faskes sudah ada daftarnya," tambahnya.

"Untuk tahap awal ini, ada 252 vaksinator yang sudah tersedia," lanjut Novarita.

Vaksinasi Covid-19 dilaksanakan dalam empat tahapan, mempertimbangkan ketersediaan, waktu kedatangan, dan profil keamanan vaksin.

Kelompok prioritas penerima vaksin adalah penduduk yang berdomisili di Indonesia yang berusia minimal 18 tahun.

Kelompok penduduk berusia di bawah 18 tahun dapat diberikan vaksinasi apabila telah tersedia data keamanan vaksin yang memadai dan persetujuan penggunaan pada masa darurat (emergency use authorization) atau penerbitan nomor izin edar (NIE) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Baca juga: 3.977 Pasien Masih Positif Covid-19 di Depok, Terbanyak Selama Pandemi

Tahapan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 dilaksanakan sebagai berikut:

1. Tahap 1 (Januari-April 2021)

Tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, tenaga penunjang, serta mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan profesi kedokteran yang bekerja pada fasilitas pelayanan kesehatan.

2. Tahap 2 (Januari-April 2021)

a. Petugas pelayanan publik (TNI, Polri, aparat hukum, dan petugas pelayanan publik lainnya yang meliputi petugas di bandara/pelabuhan/stasiun/terminal, perbankan, perusahaan listrik negara, dan perusahaan daerah air minum, serta petugas lain yang terlibat secara langsung memberikan pelayanan kepada masyarakat).

b. Kelompok usia lanjut (lebih dari 60 tahun).

3. Tahap 3 (April 2021-Maret 2022)

Masyarakat rentan dari aspek geospasial, sosial, dan ekonomi.

4. Tahap 4 (April 2021-Maret 2022)

Masyarakat dan pelaku perekonomian lainnya dengan pendekatan klaster sesuai dengan ketersediaan vaksin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

Megapolitan
Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Megapolitan
Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya 'Nyentong' Nasi Sendiri

Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya "Nyentong" Nasi Sendiri

Megapolitan
Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Megapolitan
Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Megapolitan
KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

Megapolitan
Kecamatan Grogol Petamburan Tambah Personel PPSU di Sekitar RTH Tubagus Angke

Kecamatan Grogol Petamburan Tambah Personel PPSU di Sekitar RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Alasan Pria Ini Bayar Sesukanya di Warteg, Ingin Makan Enak tapi Uang Pas-pasan

Alasan Pria Ini Bayar Sesukanya di Warteg, Ingin Makan Enak tapi Uang Pas-pasan

Megapolitan
Bakal Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Tim Pemenangan Noer Fajrieansyah Konsultasi ke KPU

Bakal Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Tim Pemenangan Noer Fajrieansyah Konsultasi ke KPU

Megapolitan
Lindungi Mahasiswa yang Dikeroyok Saat Beribadah, Warga Tangsel Luka karena Senjata Tajam

Lindungi Mahasiswa yang Dikeroyok Saat Beribadah, Warga Tangsel Luka karena Senjata Tajam

Megapolitan
Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Enggak Meninggal Sudah Banyak

Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Enggak Meninggal Sudah Banyak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com