Karyawan swasta yang setiap harinya menempuh jalur Depok-Sudirman ini merasa waktu tempuh saat pandemi lebih cepat 15-30 menit dibandingkan sebelum pandemi.
Namun, ia menilai kemacetan di Ibu Kota berkurang karena sebagian warga bekerja dari rumah atau work from home.
Baca juga: Jakarta Keluar dari Daftar Kota Termacet di Dunia, Apa Indikator Penilaiannya?
Jadi, keluarnya Jakarta dari 10 besar kota termacet di dunia tidak berhubungan langsung dengan kinerja Pemprov DKI.
Jika nantinya setelah situasi normal Jakarta tetap tidak macet, barulah ia merasa Pemprov DKI layak mendapat apresiasi.
"Konsistensi Pemprov meretas kemacetan Jakarta ini harus dinilai sampai pasca-pandemi nanti, dalam jangka panjang. Jangan sampai selepas pandemi nanti malah terjadi lonjakan titik kemacetan," katanya.
Ridho menilai, untuk mengatasi kemacetan, Pemprov DKI harus terus berupaya agar masyarakat mau beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum.
Oleh karena itu, transportasi umum yang ada di DKI Jakarta dan wilayah penyangganya, seperti Transjakarta, MRT, LRT, dan KRL, harus dibuat nyaman, mudah diakses, dan terintergrasi.
Ridho saat ini masih memilih menggunakan sepeda motor karena transportasi umum belum sepenuhnya terintegrasi.
"Trayeknya belum ada yang sampai dekat banget ke rumah atau lokasi-lokasi tujuan gue. Jadi, masih harus nyambung-nyambung ojek online," katanya.
Saran serupa disampaikan Iwan Santoso (31). Karyawan swasta yang sehari-hari mengandalkan bus Transjakarta ini menilai transportasi umum adalah kunci untuk membenahi kemacetan di Jakarta.
Iwan menilai, transportasi umum di Jakarta dari tahun ke tahun terus membaik. Namun, ia berharap perbaikan tetap terus dilakukan.
Untuk bus Transjakarta, misalnya, ia berharap ada penambahan armada agar waktu tunggu tidak terlalu lama serta penumpang tidak terlalu padat.
"Apalagi di masa pandemi ini, bus harus ditambah supaya penumpang tidak berdesak-desakan sehingga tidak terjadi klaster baru," kata dia.
Iwan yang tiap harinya menaiki bus Transjakarta jurusan Ragunan-Monas mengaku kerap harus menunggu 10-15 menit di halte. Ini karena kapasitas bus juga dibatasi.
"Harusnya kalau bus ditambah di jam-jam sibuk, waktu tunggu bisa dipersingkat lagi," katanya.