Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Friedrich Silaban Harus Lama Menunggu Cairnya Honor sebagai Pemenang Perancang Masjid Istiqlal...

Kompas.com - 23/02/2021, 15:44 WIB
Theresia Ruth Simanjuntak

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Memiliki kedekatan dengan Presiden Soekarno tak lantas memuluskan pekerjaan Friedrich Silaban sebagai arsitek Masjid Istiqlal.

Friedrich terpilih menjadi perancang desain Masjid Istiqlal lewat sayembara yang diumumkan pada 5 Juli 1955.

Karya Friedrich dengan judul "Ketuhanan" berhasil memenangi hati para dewan juri, termasuk Soekarno.

Baca juga: Putra Friedrich Silaban: Ayah Pakai Nama Samaran demi Terpilih Jadi Arsitek Masjid Istiqlal

Putra Friedrich, Panogu Silaban, mengungkapkan bahwa ayahnya dan Soekarno sejatinya sudah dekat sebelum adanya sayembara.

Friedrich, lanjut Panogu, meminta izin Soekarno untuk mengikuti sayembara pencarian arsitek Masjid Istiqlal itu.

"Dia (Friedrich) pernah bertanya kepada Soekarno langsung, 'Ini mau ngadain sayembara Istiqlal loh? Saya ikut enggak ya?' Mereka memang dekat ya. Lalu (Soekarno jawab), 'Tapi kalau ikut harus pakai nama samaran. Kalau enggak, enggak ada yang mau milih'," kata Panogu dalam wawancara dengan tayangan Singkap Kompas TV pada akhir Februari 2018.

Saking dekat, Soekarno bahkan pernah bertamu ke rumah Friedrich di Bogor, Jawa Barat.

Terlepas dari kedekatan dengan seorang Presiden, Friedrich harus menghadapi pergolakan sebagai perancang desain Masjid Istiqlal.

Honor tak memadai

Saat ditetapkan sebagai pemenang sayembara desain Masjid Istiqlal, Friedrich menerima hadiah berupa medali emas seberat 75 gram, uang tunai sebesar Rp 25.000, dan sertifikat.

Menurut penelitian berjudul "Biografi Friedrich Silaban Perancang Arsitektur Masjid Istiqlal" karya Ojak Pasu P Simamora; Dra Bedriati Ibrahim, MSi; dan Bunari, MSi dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau, Friedrich sempat mempertanyakan imbalan yang tidak memadai dibandingkan skala proyek yang ia tangani.

Friedrich bahkan sempat bertanya langsung kepada Soekarno tentang hadiah sebesar Rp 25.000 itu perihal apakah imbalan kecil tersebut juga mengecilkan arti sayembara itu.

Sebab, menurut Friedrich, berdasarkan standar internasional, hadiah bagi pemenang sampai peringkat 3 dalam sayembara arsitektur semestinya mendapat 0,5 hingga 1 persen dari total biaya bangunan (Bowsom).

Faktanya, hadiah yang diterima para pemenang perancang Masjid Istiqlal sekitar 0,005 hingga 1 persen dari standar terendah yang berlaku saat itu.

Di sisi lain, Soekarno menekankan kepada Friedrich bahwa ia nantinya mendapat imbalan merujuk pada standar Indonesische Raad Voor Technische Arbitrage (IRTA) yang adalah Dewan Arbitrasi Arsitek Indonesia.

Tak hanya jumlahnya yang kecil, Friedrich juga harus lama menunggu hadiah uang tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com