Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Sampel Mutasi Virus Corona B.1.1.7 Ditemukan di Jakarta

Kompas.com - 09/03/2021, 10:48 WIB
Ihsanuddin,
Nursita Sari

Tim Redaksi

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Mutasi virus corona B.1.1.7 telah ditemukan dalam sampel yang dianalisis dari empat provinsi, salah satunya DKI Jakarta.

Seperti diberitakan Kompas.id, varian baru virus SARS-CoV-2 yang lebih menular itu ditemukan dalam tiga sampel yang berasal dari Jakarta.

Sisanya berasal dari Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara masing-masing satu sampel.

Berdasarkan data di Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional, Senin (8/3/2021), dari 539 urutan genom SARS-CoV-2 yang didaftarkan di GISAID, bank data genom virus global, sebanyak 515 merupakan urutan genom keseluruhan (whole genome sequencing/WGS).

Dari sampel ini telah ditemukan enam WGS varian VUI202012/01 GR/501.Y.V1 B.1.1.7.

Baca juga: 6 Kasus Mutasi Virus Corona B.1.1.7 di Indonesia


Semua sampel ini didaftarkan Balai Litbang Kementerian Kesehatan (Balitbangkes) dari sampel yang dikumpulkan pada Januari-Februari 2021.

Sebanyak tiga sampel dari Jakarta, satu dari Kalimantan Selatan, satu dari Sumatera Utara, dan satu dari Sumatera Selatan.

"Sampai saat ini Litbangkes sudah melaporkan enam kasus B.1.1.7, bertambah empat orang," kata Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio.

Amin mengaku belum mengetahui apakah sampel ini didapatkan dari pelaku perjalanan dari luar negeri yang dikarantina atau sudah di komunitas.

"Info rincinya di Litbangkes," katanya.

Baca juga: Menkes: Semua Kontak Erat Dua Kasus Covid-19 B.1.1.7 Negatif

Kepala Litbangkes Kementerian Kesehatan Slamet Basir yang dihubungi tidak memberikan respons.

Pada awal Januari 2021, Menristek/BRIN Bambang PS Brodjonegoro dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin telah menandatangani nota kesepahaman tentang surveilans genom virus SARS CoV-2.

 

Lembaga Eijkman menjadi pemimpin konsorsium dengan melibatkan laboratorium yang ada di perguruan tinggi ataupun LPNK di bawah koordinasi Kemenristek/BRIN.

Baca juga: Kemenkes: Virus Corona B.1.1.7 Lebih Menular, tapi Tidak Lebih Mematikan

Peneliti genomik molekuler dari Aligning Bioinformatics dan anggota Konsorsium Covid-19 Genomics UK, Riza Arief Putranto, mengatakan, surveilans genomik merupakan kunci untuk mencegah penyebaran lebih luas varian baru SARS-CoV-2.

Selain varian B.1.1.7 yang telah diketahui lebih menular dan berpotensi meningkatkan keparahan dan risiko kematian, kita juga perlu mewaspadai varian-varian lain, khususnya varian P.1 dan varian B.1.351.

Data yang dirilis Kemenkes berbeda

Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin melaporkan ada penambahan empat kasus yang tersebar di empat provinsi, yakni Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.

Dalam data Menkes kemarin, provinsi DKI Jakarta tidak termasuk salah satu provinsi di mana ditemukannya varian virus corona B.1.1.7.

"Di Palembang, Sumatera Selatan, pada 11 Januari 2021, Kalimantan Selatan 6 Januari, Balikpapan Kalimantan Timur dari 12 Februari dan ada yang keempat itu di Medan Sumatera Utara pada 28 Januari," kata Budi dalam Konferensi pers Perpanjangan PPKM Mikro secara virtual, Senin (8/3/2021).

Baca juga: Virus Corona B.1.1.7 Sudah Menyebar di Jakarta Tanpa Terdeteksi?

Respons Dinkes DKI Jakarta

Kepala Bidang Penanganan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia mengatakan, hingga saat ini Pemprov DKI Jakarta belum menerima data sampel mutasi corona B.1.1.7 di wilayah DKI Jakarta.

"Saya mau (meminta) lihat preferensi lagi dari lembaga Eijkman," kata Dwi saat dihubungi melalui telepon, Rabu (10/3/2021).

Meski belum memiliki data sampel mutasi corona B.1.1.7, Dwi mengatakan, Dinkes DKI Jakarta sudah mengambil tindakan untuk mengantisipasi penyebaran varian baru corona asal Inggris itu.

Pada 5 Maret 2021, Pemprov DKI Jakarta yang selama ini kemampuan testing-nya paling memadai di level nasional tak menutup kemungkinan virus B.1.1.7 masuk ke ibu kota.

"Jangan-jangan B.1.1.7 mungkin sudah dulu hadir sebelum kita mengidentifikasi kemarin," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia dalam diskusi virtual, Jumat (5/3/2021).

 Dwi menjelaskan, tidak semua pemeriksaan sampel kasus positif Covid-19 di Indonesia, khususnya di Jakarta, diteruskan dengan pemeriksaan genom sekuens yang bisa mendeteksi genom virus yang berbeda.

Pemeriksaan genom sekuens tidak bisa dilakukan secara massal karena saat ini hanya ada beberapa laboratorium pusat yang bisa melakukan pemeriksaan tersebut.

"Taruhlah 1.000 kasus baru saja (terjadi di Jakarta dalam sehari), rasanya tidak mungkin kalau 1.000 kasus baru itu dilakukan tindak lanjut dengan genom sekuens," ucap Dwi.

Ia juga menilai, kemungkinan varian virus baru itu hadir jauh sebelum ditemukan mengingat mobilitas warga yang masih cukup tinggi di masa pandemi, termasuk perjalanan ke luar dan dalam negeri.

“Mungkin kecepatan kita menemukan kasus terlambat dibandingkan saat kasus itu sebenarnya sudah masuk ke Indonesia," kata Dwi.

Sumber: KOMPAS.id, KOMPAS.com/AHMAD ARIF, HARYANTI PUSPA SARI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com