Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Pendiri Mapala UI Herman Lantang yang Baru Berpulang, Soe Hok Gie Meninggal di Pangkuannya

Kompas.com - 22/03/2021, 12:34 WIB
Ivany Atina Arbi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu pendiri organisasi Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI), Herman Lantang, meninggal dunia pada Senin (22/3/2021) dini hari di usia yang ke 80 tahun.

Berita duka ini dikonfirmasi oleh anggota Mapala UI, Syamsirwan Ichien, pada Senin. Herman meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tangerang Selatan, Banten.

"Herman saat ini mau dibawa dari RSUD Tangsel ke Rumah Duka Harapan Kita," ujar Ichien.

Profil Herman Lantang

Dilansir dari Wartakotalive.com, Herman Lantang adalah mantan mahasiswa jurusan Antropologi di Fakultas Sastra UI pada tahun 60 an.

Ia juga merupakan salah satu pendiri Mapala UI, dan pernah menjabat sebagai ketua organisasi tersebut pada tahun 1972-1974.

Baca juga: Pendiri Mapala UI Herman Lantang Meninggal Dunia

Herman Lantang adalah sahabat dari aktivis di era pemerintah Soekarno dan Soeharto, Soe Hok Gie.

Bersama Gie, dia menjadi inspirator gerakan demo long march mahasiswa UI untuk menggulingkan pemerintahan Soekarno, pasca Gerakan 30 September 1965 (G30S) dan gerakan mahasiswa yang menggulirkan Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura).

Pria yang di masa tuanya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah ini lahir di sudut kota kecil Tomohon, Sulawesi Utara, pada 2 Juli 1940.

Dalam buku baptisnya ia diberi nama Herman Onesimus Lantang.

Kegemarannya terhadap alam muncul ketika ayahnya yang berprofesi sebagai tentara sering mengajaknya keluar-masuk hutan di Tomohon untuk berburu.

Setelah tamat dari Europrrshe Lagere School SR GMIM4 (setaraf SD), Herman kecil melanjutkan ke SMPK Tomohon.

Baca juga: [Obituari]: Herman Lantang adalah Petualangan Itu Sendiri

Herman mulai hijrah ke ibukota bersama orangtuanya yang saat itu dipindahtugaskan ke daerah baru.

Di Jakarta inilah Herman melanjutkan kembali pendidikan formalnya di SMA 1 (Budi Utomo) pada tahun 1957.

Pada tahun 1960, setelah melalui segudang tes yang cukup rumit, Herman pun berhasil masuk ke Fakultas Sastra UI Jurusan Antropologi, yang banyak berkutat dengan kebudayaan dan perilaku manusia.

Melalui jurusan ini, Herman melakukan penelitian mendalam terhadap perilaku suku terasing Dhani di Papua pada tahun 1972. Ini yang mengantarkannya mencapai gelar sarjana penuh.

Kemudian, ketika tak lagi berkegiatan di kampus, jiwa petualangannya membuat Herman diterima di beberapa perusahaan pengeboran minyak ternama, seperti: Oil Field all part of Indonesia, East Malaysia Egypt dan Australia East Texas USA.

Baca juga: Digitalisasi, Mapala UI Selamatkan 10.000 Lebih Koleksi Foto Jadoel

Di dunia kerjanya, Herman dikenal sebagai Mud Doctor yang menangani masalah lumpur-lumpur dalam pengeboran minyak bumi.

Kemudian pada tahun 1974, Herman sempat mengecam pendidikan singkar di Houston Texas. Ia mengambil studi tentang "Mud School".

Di masa pensiunnya, Herman mengambil "jalan lain" yang jauh dari petualangan dan kerja lapangan. Pria ini ternyata sangat suka berwisata kuliner dan memiliki hobi memasak.

Dengan modal ala kadarnya, rumahnya di bilangan Jagakarsa, Jakarta Selatan, pun disulap menjadi toko kue "Kelapa Tiga Taart Tempo Doeloe".

Di toko ini ia menjual aneka panganan kue-kue klasik yang menurutnya agak susah ditemukan di Jakarta.

Didampingi oleh satu dari tiga anaknya, Herman memasak sendiri kue-kue itu. Herman mengaku memiliki banyak buku resep kue klasik Belanda, sebut saja oentbijkoek dan klappertaart.

Baca juga: Mapala UI Jajaki Sungai Perawan Ae Dikit

Gie meninggal di pangkuannya

Herman bersahabat dekat dengan aktivis kenamaan Soe Hok Gie, yang kisahnya diangkat ke layar lebar dengan judul "Gie".

Pria ini meninggal beberapa jam sebelum genap berusia 27 tahun di gunung tertinggi Pulau Jawa, yakni Semeru, karena menghirup gas beracun.

Bersama tujuh orang temannya, termasuk Herman, Gie berangkat menuju Gunung Semeru pada 12 Desember 1969. Mereka berangkat dari Stasiun Gambir pukul 07.00 WIB ke Stasiun Gubeng Surabaya.

Pendakian kali ini istimewa lantaran Gie akan merayakan ulang tahun ke-27 pada 17 Desember 1969.

Setibanya di Semeru, mereka mulai mendaki dengan dibagi menjadi dua tim. Gie dan Herman berbeda tim.

Baca juga: Mapala UI Perkenalkan 3 Destinasi Wisata Baru Papua Barat

Rombongan Gie lebih dulu tiba di puncak, mereka lantas menunggu tim satunya. Ketika Herman tiba di puncak, ia melihat Gie dalam kondisi duduk.

Idhan yang datang bersama Herman juga ikut duduk, namun Herman tetap berdiri.

Karena duduk itu, menurut Herman, Gie dan Idhan menghidup gas beracun yang massanya lebih berat dari oksigen. Tiba-tiba saja kedua pria ini menggelepar dan meninggal di pangkuan Herman.

(Wartakotalive.com, Mohamad Yusuf/ Kompas.com, Tita Meydhalifah)

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Herman Lantang, Pendiri Mapala UI dan Sahabat Soe Hok Gie Meninggal Dunia, Ini Profilnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terbentur Aturan, Wacana Duet Anies-Ahok pada Pilkada DKI 2024 Sirna

Terbentur Aturan, Wacana Duet Anies-Ahok pada Pilkada DKI 2024 Sirna

Megapolitan
Pria Diduga ODGJ Lempar Batu ke Kepala Ibu-ibu, Korban Jatuh Tersungkur

Pria Diduga ODGJ Lempar Batu ke Kepala Ibu-ibu, Korban Jatuh Tersungkur

Megapolitan
Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Positif Narkoba

Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Positif Narkoba

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Sabtu dan Besok: Tengah Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Sabtu dan Besok: Tengah Malam Berawan

Megapolitan
Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Megapolitan
Aksinya Tepergok, Pencuri Motor Babak Belur Diamuk Warga di Pasar Minggu

Aksinya Tepergok, Pencuri Motor Babak Belur Diamuk Warga di Pasar Minggu

Megapolitan
Polisi Temukan Ganja dalam Penangkapan Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez

Polisi Temukan Ganja dalam Penangkapan Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez

Megapolitan
Bukan Hanya Epy Kusnandar, Polisi Juga Tangkap Yogi Gamblez Terkait Kasus Narkoba

Bukan Hanya Epy Kusnandar, Polisi Juga Tangkap Yogi Gamblez Terkait Kasus Narkoba

Megapolitan
Diduga Salahgunakan Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap di Lokasi yang Sama

Diduga Salahgunakan Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap di Lokasi yang Sama

Megapolitan
Anies-Ahok Disebut Sangat Mungkin Berpasangan di Pilkada DKI 2024

Anies-Ahok Disebut Sangat Mungkin Berpasangan di Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Megapolitan
Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com