TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Varian virus Corona dari India, yang disebut mutasi B.1.6.1.7, sudah masuk ke Tangerang Selatan, Banten.
Hal ini dikonfirmasi oleh Pemerintah Provinsi Banten.
"Ada dua kasus di Kelurahan Pondok Jagung, Kecamatan Serpong Utara, Tangerang Selatan," ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten Ati Pramudji, Kamis (6/5/2021).
Kedua pasien tersebut saat ini masih menjalani perawatan di bawah pengawasan Satuan Gugus Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19.
Baca juga: Dua Warga Serpong Utara Tangsel Terpapar Virus Corona Varian Baru Asal India
Lebih lanjut Ati menjelaskan, warga Pondok Jagung tersebut diduga tertular virus varian B.1.6.1.7 dari anak mereka yang tinggal di Jakarta.
Satgas saat ini sudah melakukan pelacakan kasus dengan memeriksa kerabat yang berkontak erat dengan pasien untuk memastikan apakah terjadi penularan lanjutan.
Masuknya mutasi virus Corona dari India ini sebelumnya juga sudah dilaporkan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Selain varian dari India, sudah ditemukan pula varian B.1.1.7 asal Inggris dan B.1.351 dari Afrika Selatan. Secara total, ada 16 kasus infeksi varian baru virus Corona di Indonesia.
Budi menekankan bahwa varian baru tersebut masuk ke dalam kategori varian of concern atau mutasi yang mendapatkan perhatian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baca juga: Belajar dari Lonjakan Kasus Covid-19 di India, Malaysia, dan Jakarta
Pasalnya, dampak penularan yang diakibatkan ketiga varian baru itu lebih besar. Masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaan.
"Adalah tugas kita bersama untuk segera melakukan isolasi untuk yang terkena. Disiplin melakukan testing, tracing untuk kontak erat dari daerah sekitarnya," ujar Budi.
Pemerintah India baru saja mengumumkan bahwa virus varian baru tersebut berkontribusi pada timbulnya gelombang pandemi kedua yang lebih mematikan.
Sejak Maret kemarin, India secara konsisten mencatat kenaikan kasus yang signifikan.
Setelah sempat mencatat kurang dari 10.000 kasus harian di bulan Februari, kasus harian di India meroket di bulan Maret dan April. Puncaknya terjadi di awal Mei lalu.
Untuk pertama kalinya, India mencatat lebih dari 400.000 kasus harian. Angka kematian harian melonjak menjadi lebih dari 3,500 kasus.
Lonjakan ini membuat rumah sakit dan fasilitas pemulasaran jenazah kewalahan, seperti dilansir Reuters.com.
(Penulis: Tria Sutrisna/ Editor: Jessi Carina)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.