Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masjid Al-Atiq Kampung Melayu dan Sejarah yang Belum Terpecahkan

Kompas.com - 10/05/2021, 05:53 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Masjid berdiri di dekat bantaran Kali Ciliwung, Jakarta. Bentuk bangunan khas masjid Nusantara. Puncak atap berbentuk limas menunjuk arah mata angin.

Lokasinya berada di tengah permukiman warga, bisa dijangkau dengan menyusuri gang selebar tujuh meter dan berjarak lebih kurang 500 meter dari jalan layang Kampung Melayu.

Di papan, tertulis "didirikan kurang lebih tahun 1632 Masehi/1053 Hijriah".

Masjid Al-Atiq Kampung Melayu, nama masjid itu, yang berlokasi di Jalan Kampung Melayu Besar I, Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan.

Sore hari menjelang waktu berbuka puasa, aktivitas rutin bulan Ramadhan terlihat di masjid tersebut.

Baca juga: Masjid Kubah Emas Depok, Dibangun Megah Tanpa Hitung Biaya untuk Ingat Kebesaran Tuhan

Masyarakat setempat mendatangi Masjid Al-Atiq. Mereka membantu pengurus masjid menyiapkan takjil.

Karpet digelar, piring-piring ditata, hingga pengeras suara dipasang dan dinyalakan.

"Untuk tahun ini, meskipun pandemi (Covid-19), kami tetap mengadakan pembagian takjil atau buka puasa bersama," kata Kepala Masjid, Fahri Mufti, saat ditemui di lokasi.

Aktivitas shalat tarawih juga masih digelar, seperti tahun-tahun sebelumnya. Itikaf pun demikian.

"Tetapi kami tetap menjaga protokol kesehatan, seperti menjaga jarak, memakai masker, hingga mencuci tangan. Itu kami lakukan," ujar Fahri.

Masjid Al-Atiq Kampung Melayu tampak dalam.KOMPAS.com/NIRMALA MAULANA ACHMAD Masjid Al-Atiq Kampung Melayu tampak dalam.

Sejarah yang belum terpecahkan

Awalnya, masjid bernama Masjid Kandang Kuda karena berada di perkampungan tukang Sado.

Namun, nama itu kemudian diganti menjadi Masjid Al-Atiq oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada era 1970-an.

Baca juga: Perpaduan Islam dan Indonesia di Setiap Lekuk Masjid Istiqlal...

Dilansir dari laman Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, secara harfiah, Al-Atiq memiliki makna tertua.

Hal ini sesuai dengan sejarah lisan bahwa Masjid Al-Atiq sebagai masjid tertua di Jakarta.

Tak ada bukti otentik tentang kapan pastinya Masjid Al-Atiq dibangun. Namun, ada dua versi tentang sejarah masjid ini.

Versi pertama, menurut tetua setempat, masjid didirikan pada 1632 Masehi/1053 Hijriah.

Pendirinya pasukan Sultan Ageng Tirtayasa yang tengah berperang dengan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).

Letak masjid yang tak jauh dari tepi Kali Ciliwung memperkuat dugaan tersebut.

Sebab, pada jaman dahulu, pergerakan tentara memang selalu saja memanfaatkan sungai, baik sebagai transportasi maupun sumber minum.

Versi kedua menyebut Masjid Al-Atiq dibangun sekitar tahun 1500-an oleh sultan pertama Banten, Maulana Hasanudin, yang merupakan putra dari Sunan Gunung Jati.

Saat itu, masjid diberi nama Masjid Kandang Kuda. Setelah itu, baru pasukan Sultan Ageng yang merenovasi masjid tersebut.

Terlepas dari dua versi tersebut, Fahri, Kepala Masjid sejak 2018 itu mengatakan, masyarakat setempat tidak ada yang tahu pasti kapan Masjid Al-Atiq dibangun.

Baca juga: Sejarah Panjang Masjid Istiqlal: Dicanangkan Soekarno, Diresmikan Soeharto, Direnovasi Jokowi

"Sebenarnya ini kalau berdirinya sejak kapan, kami nggak ada yang tahu," tutur Fahri.

Ukiran kaligrafi mihrab imam masjid di Masjid Al-Atiq Kampung Melayu.KOMPAS.com/NIRMALA MAULANA ACHMAD Ukiran kaligrafi mihrab imam masjid di Masjid Al-Atiq Kampung Melayu.

Isu yang berkembang di masyarakat, kata Fahri, masjid dibangun pada 1632 Masehi.

"Itu berdasarkan dari sejarah purbakala. Karena saat itu ada benda yang pernah diambil sama ahli purbakala, akhirnya benda itu diperkirakan tahun sekian," ujarnya.

Alami beberapa kali renovasi

Masjid berlantai dua ini mengalami beberapa kali renovasi. Kendati demikian, unsur asli masjid tidak hilang.

Fahri tidak tahu persis berapa kali renovasi itu. Namun yang pasti, atap masjid sudah diganti dua kali.

"Dulu masjid ini atapnya dari kayu berwarna hitam, lalu diganti dengan atap beton. Sekarang pakai baja ringan," kata dia.

Tidak hanya atap, bagian-bagian masjid yang lain juga tak luput dari renovasi.

"Terakhir kemarin kami ganti keramik itu pada akhir tahun 2020," tutur Fahri.

Fahri menyebut, ada dua peninggalan dari masjid yang masih tersisa hingga kini, yakni ukiran kaligrafi mihrab imam masjid dan tongkat khatib.

"Ukiran kaligrafi (mihrab imam masjid) itu asli, belum pernah diganti," kata Fahri.

Sementara tongkat khatib disimpan di ruang sebelah mimbar masjid.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai 'Diviralkan' Pemilik Warteg

[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai "Diviralkan" Pemilik Warteg

Megapolitan
Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Megapolitan
Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Megapolitan
Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Megapolitan
Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com