JAKARTA, KOMPAS.com - Sudah berusia puluhan tahun, Masjid Istiqlal punya sejarah panjang. Dalam proses pembangunannya saja, masjid ini melibatkan dua era pemerintahan, yakni pemerintahan orde lama sampai orde baru.
Bahkan, setelah kokoh berdiri sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara hingga saat ini, Pemerintah RI masih menaruh perhatian besar pada masjid di Jakarta Pusat ini.
Anggaran besar-besaran dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) digelontorkan untuk renovasi masjid yang beralamat di Jalan Taman Wijaya Kusuma, Pasar Baru, Jakarta Pusat.
Kepala Sub Bagian Humas Masjid Istiqlal Nur Khayin menceritakan, pembangunan Masjid Istiqlal sudah muncul sejak era awal kemerdekaan Indonesia.
"Dimulai ketika penyerahan kedaulatan Indonesia dari Belanda tahun 1949. Lalu tahun 1950 ada ide untuk mendirikan masjid yang besar atas rasa syukur kemerdekaan," kata Nur Khayin saat ditemui Kompas.com di Masjid Istiqlal, Senin (19/4/2021).
Baca juga: Friedrich Silaban, Seorang Nasrani yang Pelajari Wudu dan Shalat demi Rancang Masjid Istiqlal
Kata "Istiqlal" yang diambil dari bahasa Arab memiliki arti merdeka. Oleh karena itu, kata tersebut dipilih sebagai rasa syukur sekaligus simbol kemerdekaan.
Nur Khayin menceritakan, saat itu ide awal pendirian masjid ini datang dari Menteri Agama KH Wahid Hasyim bersama tokoh Islam Anwar Tjokro Aminoto.
Pada 1954, ide untuk membangun Masjid Istiqlal semakin matang dan akhirnya disampaikan kepada Presiden Soekarno.
"Ide ini pun mendapat sambutan yang hangat dari Presiden Soekarno. Bahkan Presiden Soekarno juga ikut memimpin langsung menjadi panitia," ujar Nur Khayin.
Pada 1954, sayembara untuk merancang arsitektur Masjid Istiqlal dimulai. Menurut Nur, saat itu ada 30 arsitek yang ikut mendaftar.
Namun, hanya 22 arsitek yang akhirnya menyerahkan berkas.
Dewan juri yang dipimpin akhirnya menetapkan seorang arsitek Nasrani Friedrich Silaban sebagai pemenang sayembara.
Meski seorang non-muslim, Friedrich Silaban dianggap bisa memadukan unsur Islam dan nasionalisme dalam rancangannya.
Misalnya, kubah Masjid Istiqlal memiliki diameter 45 meter yang melambangkan tahun kemerdekaan Indonesia, 1945.
Terdapat ukiran ayat kursi yang melingkari bagian dalam kubah.
Baca juga: Mengenal Silaban Dome, Kubah Masjid Istiqlal yang Dibuat Sampai Konsultasi ke Jerman
Masjid Istiqlal juga ditopang oleh 12 tiang yang melambangkan hari kelahiran Nabi Muhammad yang jatuh pada 12 Rabiul Awwal.
Selain itu, Masjid Istiqlal memiliki empat lantai balkon dan satu lantai dasar. Kelima lantai ini melambangkan 5 Rukun Islam, jumlah shalat wajib dalam sehari, serta jumlah sila dalam ideologi negara Indonesia, Pancasila.
Lalu di bagian luar masjid, terdapat menara yang memiliki tinggi 6.666 sentimeter. Angka ini melambangkan keseluruhan jumlah ayat dalam Al-Quran.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.