JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menegaskan, pihaknya telah menegur guru SD di Jakarta Selatan yang mengunggah konten bermuatan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) di media sosial.
Teguran tersebut, dijelaskan Riza, dilayangkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI melalui Dinas Pendidikan (Disdik).
Baca juga: Di Balik Viralnya Konten Pembakaran Al Quran, Ternyata Ulah Mantan Pacar yang Sakit Hati...
"Pemprov melalui Dinas Pendidikan sudah menegur yang bersangkutan," ujar Riza di Jakarta, Rabu (26/5/2021).
Riza menyayangkan terjadinya peristiwa tersebut. Dia pun meminta semua guru dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Pemprov DKI untuk mematuhi regulasi yang ada.
Dia menekankan peran guru sebagai sosok teladan bagi murid-muridnya.
Sehingga, Riza berharap tidak ada lagi guru yang mengurusi persoalan di luar wewenangnya.
"Urusan politik enggak usah diurus oleh para guru. Guru tugasnya mendidik. Urusan lain-lain juga tidak usah. Jadi saya minta urusan guru tidak ada lain adalah menjadi pendidik yang baik," terang Riza.
Baca juga: Muncul Klaster Covid-19 di Pemukiman, Pemprov DKI Diminta Siaga
Kisah guru menggunggah konten SARA di media sosial ini sebelumnya dibeberkan anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Ima Mahdiah.
Politisi PDI-P itu mengunggah konten dari guru itu di akun Twitter-nya, @imadya.
Ima mengaku kaget dan menyayangkan aksi yang diunggah oleh seorang guru berinisial MNT itu.
"Beberapa hari lalu saya melihat postingan ini di Twitter, dan saya kaget seorang guru bisa mem-posting hal seperti ini di grup para guru DKI," kata Ima.
Selain bermuatan SARA, Ima menilai konten tersebut merupakan hoaks dan sangat disayangkan dilakukan oleh seorang guru.
"Bagaimana kabar murid-muridnya? (jika gurunya seperti itu)," ujar Ima lagi.
Saat dihubungi pada Senin (24/5/2021), Ima meminta Disdik DKI untuk memberikan efek jera agar tidak ada kasus yang sama terjadi di masa depan.
Baca juga: Gerhana Bulan Total, Waspada Potensi Banjir Rob di Pesisir Jakarta pada 28-30 Mei
Menurutnya, sekadar permintaan maaf dari guru SD berinisial MNT itu tidak cukup.
"Dinas Pendidikan bisa beri efek jera lebih dari kasus SMA 58, karena kalau hanya permintaan maaf saja akan terulang lagi," kata Ima.
Dia menambahkan, peristiwa ini semestinya menjadi pelajaran penting dan tantangan Kepala Disdik DKI untuk membersihkan dunia pendidikan dari konten berbau SARA.
Adapun konten bermuatan SARA yang diunggah Ima tersebut merupakan pesan yang ditulis MNT di grup WhatsApp guru se-DKI Jakarta.
MNT mengunggah foto identitas seseorang dengan keterangan gambar berikut:
"Sertifikat izin masuk dari pemerintah Palestina tahun 1935 untuk Simon Perez sebagai cleaning service. Puluhan tahun kemudian ia menjadi PM Israhell dan mendzolimi serta membantai bangsa Palsetina..!! mirip dg cina masuk ke Indonesia unskill Labor bertahun2 tinggal di Indonesia tahu2 jadi presiden," tulis MNT.
Ima juga menggunggah surat pernyataan permohonan maaf MNT yang ditandatangani 20 Mei 2021.
"Postingan tersebut saya tidak bermaksud untuk menyinggung, menyakiti perasaan baik secara Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan atau jabatan tertentu. Hal tersebut hanya spontanitas atas keprihatinan terhadap Bangsa Palestina," tulis MNT.
(Reporter : Ihsanuddin / Editor : Nursita Sari)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.