Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog Sebut 80 Persen Kasus Covid-19 di Indonesia Berasal dari Klaster Keluarga

Kompas.com - 10/06/2021, 09:17 WIB
Djati Waluyo,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman memperkirakan, klaster keluarga menyumbang 80 persen dari total kasus Covid-19 di Indonesia.

"Dalam konteks Indonesia, klaster keluarga akan sangat dominan dan diperkirakan akan mencapai 80 persen lebih," ujar Dicky saat dihubungi Kompas.com, Kamis (10/6/2021).

Hal tersebut terjadi akibat kesadaran masyarakat Indonesia akan kesehatan masih kurang.

Dicky berujar, banyak warga yang sakit tidak berobat ke rumah sakit meski berpotensi terinfeksi Covid-19. Mereka lalu menularkan virus kepada keluarganya.

"Orang Indonesia kalau sakit di rumah aja, mengobati sendiri di rumah, tapi tetap kontak erat dan aktif dengan anggota keluarganya yang lain dan ini yang sangat berisiko," kata dia.

Baca juga: Informasi Lengkap Vaksinasi Covid-19 Warga Usia 18 Tahun ke Atas di Jakarta: Syarat, Lokasi, dan Jenis Vaksin

Kondisi tersebut diperparah dengan minimnya tracing yang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penyebaran Covid-19 makin sulit terdeteksi.

Guna mendeteksi kasus Covid-19 secara dini, Dicky menyebutkan, perlu ada program yang disebut kunjungan rumah masyarakat dari petugas kesehatan.

"Penjangkauan ke rumah-rumah dari petugas kesehatan yang dibantu kader untuk menjaring, mendeteksi keberadaan kasus-kasus yang mayoritas ada di rumah-rumah ini," jelasnya.

Menurut Dicky, klaster keluarga tak hanya dominan di Indonesia, tetapi di semua negara, termasuk negara dengan kasus Covid-19 yang relatif terkendali.

Baca juga: Dinkes DKI Catat 800 Klaster Covid-19 Baru di Jakarta Setelah Libur Lebaran

Hal ini menunjukkan bahwa keluarga sangat rawan menjadi sarana penularan virus, mengingat antar-anggota keluarga kerap berinteraksi dan berkontak erat.

"Ditambah lagi seringkali di dalam keluarga ini terjadi pengabaian karena merasa ya itu orangtua, ya itu saudara, jadi ini salah satu yang membuat kenapa kluster keluarga ini banyak," paparnya.

Meski klaster keluarga mendominasi kasus Covid-19 di semua negara, kata Dicky, ada hal yang membedakan Indonesia dengan negara lain.

Perbedaan itu yakni soal sistem deteksi dini. Dicky melihat bahwa sistem deteksi dini di negara maju jauh lebih baik dibandingkan dengan Indonesia.

"Sistem deteksi dini mereka atau active case finding mereka jauh lebih baik, jadi antara lain testing, tracing yang dilanjut dengan isolasi karantinanya jauh lebih baik," tutur Dicky.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com