"Saya kerja di perusahaan cat di Ancol, Jakarta Utara, ditempatkan di laboratorium. Tugasnya membuat sampel warna," terang Ambarita.
Pernah suatu kali, seluruh badannya ketumpahan cat karena tempat penampungan bocor.
Ambarita hanya bekerja di perusahaan cat selama setahun. Krisis moneter 1997 membuatnya didepak dari perusahaan tersebut.
"Setelah itu, nganggur lagi," kata Ambarita.
Baca juga: Profil Kapolda Metro Jaya, Sukses Inisiasi Program Kampung Tangguh hingga Diboyong ke Jakarta
Di tengah waktu menganggurnya, Ambarita masih menyimpan mimpi untuk menjadi polisi.
"Saya waktu itu main ke Blok M, terus ada tulisan di banner 'penerimaan siswa dikmaba PK Polri Tahun 1998-1999'. Dari situ, saya mencoba lagi," kata Ambarita.
"Saya persiapkan lagi secara jasmani dan rohani. Sempat berpikir bagaimana kalau kecewa lagi? Nothing to lose," ujar dia.
Pada percobaan keduanya, Ambarita diberikan kelancaran dan selalu lolos di setiap tahap. Ia heran sekaligus senang.
Hingga akhirnya ia dipanggil Polda Metro Jaya dan dinyatakan lulus.
"Saya ditugaskan ke Mojokerto, Jawa Timur, dan menjalani pendidikan. Setelah beberapa bulan menjalani pendidikan, saya resmi jadi polisi," ujar Ambarita.
Baca juga: Kisah Bripka Ambarita: Gagal Tes Akabri, Kerja di Perusahaan Cat, hingga Pimpin Raimas Backbone
Saat Dwifungsi ABRI dihapus, ia kemudian pindah tugas ke Jakarta hingga saat ini.
Selama di Jakarta, Ambarita pernah bekerja di Reserse Polda Metro Jaya. Kini ia berada di Divisi Sabhara Polres Jakarta Timur.
Pada 2017, Ambarita resmi memimpin Raimas Backbone. Kini, ia memiliki 30 anggota.
Raimas Backbone tak hanya tenar di jalanan, tetapi juga di dunia maya.
Per Jumat (2/7/2021), akun Youtube Raimas Backbone memiliki lebih dari 1,19 juta pelanggan atau suscriber. Sementara Instagram memiliki lebih dari 227 ribu pengikut atau follower.