JAKARTA, KOMPAS.com - Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Vereran Jakarta memastikan, tidak ada tanda kekerasan pada tubuh mahasiswi yang meninggal dunia, Fauzia Nabila atau Lala, di tengah pembaretan Resimen Mahasiswa (Menwa).
Lala merupakan mahasiswi D3 Fisioterapi angkatan 2020. Dia meninggal dunia saat mengikuti pembaretan Menwa pada 25 September 2021.
Hal itu dikatakan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UPN Veteran Jakarta, Ria Maria Theresia seusai menjalin komunikasi dengan keluarga Lala.
"Keluarga (Lala) sudah menerima dan tidak mempermasalahkan. Pihak keluarga sudah melihat sendiri jenazah Lala yang tidak ada tanda-tanda kekerasan," ujar Ria dalam keterangan tertulis, Rabu (1/12/2021).
Baca juga: Penjelasan Rektor UPN Veteran Jakarta soal Kematian Mahasiswi Saat Pembaretan Menwa
Ria mengatakan, pihak kampus telah menawarkan kepada keluarga untuk mengotopsi jenazah Lala guna memastikan penyebab kematiannya. Namun, keluarga Lala disebut menolak.
"Kami justru khawatir pihak keluarga malah merasa terganggu karena kejadian ini dipermasalahkan kembali, dua bulan setelah Lala meninggal," kata Ria.
UPN Veteran Jakarta turut prihatin terkait dengan kematian mahasiswi saat kegiatan Menwa yang sebenarnya tak mendapatkan izin.
Ria mengatakan, permasalahan tersebut menjadi pembelajaran UPN Veteran Jakarta untuk organisasi kemahasiswaan.
"Kami semua di UPNVJ merasa prihatin atas kejadian ini dan berharap ini menjadi pembelajaran bagi seluruh pihak, baik mahasiswa, organisasi kemahasiswaan, maupun pihak kampus," ujar Ria.
Baca juga: Satu Mahasiswi Meninggal, UPN Veteran Jakarta Sebut Pembaretan Menwa Tak Berizin
Ria menjelaskan, Lala sempat mengikuti long march yang menjadi salah satu agenda kegiatan pembaretan Menwa.
Etape I long march berjarak tiga kilometer dan mendapatkan dua kali istirahat masing-masing selama lima menit.
"Kronologi yang kami terima, medan untuk long march masih jalur landai. Pada pukul 13.45 WIB, saat menuju pemberhentian kedua etape 1, almarhumah terlihat kelelahan dan akhirnya panitia memutuskan menaikannya ke dalam ambulans," kata Ria yang juga Ketua Komisi Disiplin.
Usai mendapatkan penanganan medis, Lala sempat kembali bergabung ke rombongan. Dia disebut kembali mengikuti perjalanan setelah mengaku kondisi kesehatan membaik.
"Pukul 14.45 WIB, setelah istirahat di etape 1, perjalanan dilanjutkan menuju etape II di Masjid Quba dengan jarak 3,1 kilometer. Pukul 15.30, kira-kira berjarak dua kilometer dari etape 1, almarhumah mengalami kram kaki kirinya. Panitia memutuskan membawa almarhumah dengan ambulans menuju etape II," kata Ria.
Baca juga: UPN Veteran Jakarta Bantah Tutup-tutupi Kematian Mahasiswi Saat Pembaretan Menwa
Saat itulah kondisi fisik Lala semakin lemah. Dia kembali mendapat penanganan dengan diberikan oksigen karena mengeluh sesak napas.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.