Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Senja Kala Mal PTC: Dulu Jadi Favorit, Kini Mati Suri dan Menunggu Akhir

Kompas.com - 10/01/2022, 09:49 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Ivany Atina Arbi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Situasi senyap melingkupi Mal Pulogadung Trade Center (PTC) di Jalan Raya Bekasi, Cakung, Jakarta Timur, saat Kompas.com mengunjungi pusat perbelanjaan tersebut pada Rabu (5/1/2022).

Kios-kios tampak berjejer dengan rolling door tertutup. Di depan sejumlah kios tertulis "Kios ini disewakan", bahkan dengan harga murah.

Sebelum menjadi seperti sekarang ini, PTC pernah menjadi destinasi favorit warga Pulogadung, Cakung, hingga Bekasi di Jawa Barat.

Mal empat lantai tersebut kini tampak mati suri. Hanya segelintir orang berlalu lalang, dan para penjual tampak khawatir serta tak bergairah.

Baca juga: Penularan Omicron Terus Meluas di Jakarta, Kasus Covid-19 Aktif Hampir Tembus 2.000

Hidayat (31), seorang operator karaoke koin, mengatakan, situasi tersebut sudah berlangsung bahkan sejak pandemi Covid-19 melanda. Pandemi kemudian memperparah kondisi perdagangan di mal tersebut.

"Sebelum corona, tahun 2018 deh udah banyak (kios) yang tutup. Kalau tambah parahnya karena corona," ujarnya.

Tentu saja, sepinya mal berdampak terhadap jumlah pengunjung tempat karaoke koin yang dijaga Hidayat.

Belum lagi pembatasan pengunjung yang harus diterapkan selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hingga pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) membuat jumlah pengunjung turun drastis.

Baca juga: Ada 36 Kasus Positif Covid-19 di Krukut Tamansari, 4 RT Karantina Mikro

 

Mal Pulogadung Trade Center (PTC), Cakung, Jakarta Timur.KOMPAS.com/NIRMALA MAULANA ACHMAD Mal Pulogadung Trade Center (PTC), Cakung, Jakarta Timur.
"Pokoknya menurun penjualannya. Turunnya drastis banget, paling rata-rata 10 orang masuk (ke karaoke per hari)," kata Hidayat.

Sebelum pandemi, tutur Hidayat, jumlah pengunjung karaoke koin bisa mencapai 70 hingga 80 orang per hari.

"Sekarang kan dibatasi juga, yang masuk ke dalam cuma 25 orang. Dulu mah enggak ada batasnya, satu ruangan bisa lima orang, sekarang kan cuma dua hingga tiga orang," ujar Hidayat.

Salah satu penjual jajanan, Zakaria (40), juga merasakan dampak sepinya mal. Mau tidak mau, ia harus mengurangi dagangannya.

"Dulu dagangan saya mah banyak, kriuk camilan apa, belanja sampai 1.000 pieces. Sekarang semenjak Covid-19 yang (gelombang) pertama tuh udah bau tengik semua dagangan karena enggak laku," ujar Zakaria.

"Tadinya banyak camilan, sekarang dagang begini aja apa adanya," imbuh Zakaria.

Baca juga: [POPULER JABODETABEK] 36 Warga Tamansari Positif Omicron | Korban Penipuan Wali Kota Bekasi Bermunculan

Pasrah menunggu tutup

Sambil memegang kepala, staf promosi PTC Zainal mengatakan bahwa kondisi perekonomian mal memang sudah hancur.

"Yang pasti sih hancur, ya pasti pahamlah semuanya," kata Zainal saat ditemui di kantornya.

Namun, ia enggan berkomentar lebih lanjut soal sepinya mal karena dirinya hanya staf promosi.

"Bisa dilihat sendiri lah di lapangan," ucap Zainal.

Baca juga: Ada Klaster Covid-19 di Krukut Tamansari, Ratusan Warga Akan Jalani Tes Massal

Zainal menyebutkan, pihaknya hanya bisa menaati peraturan pemerintah selama pandemi. PTC kini tinggal menunggu akhir.

"Udah sepi dicampur Covid-19 lagi, ya udah sih, kami nunggu (akhir)," ucap Zainal.

"Kami jalanin aja yang udah ada, karena kami juga bingung," tutur Zainal.

Hal yang sama juga diungkapkan Hidayat. Yang ia bisa lakukan hanya menjalani pekerjaannya.

"Pokoknya mah jalanin ajalah. Entah ke depannya gimana, kita kan enggak tahu," kata Hidayat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com