JAKARTA, KOMPAS.com - Minyak goreng tidak tersedia di sebagian besar toko yang ada di wilayah Jakarta dan Bekasi.
Hal tersebut merupakan salah satu hasil survei Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) tentang ketersediaan dan kelangkaan minyak goreng di pasaran.
Staf Bidang Penelitian YLKI Niti Emil mengatakan, dari 30 toko yang disurvei, terdapat 57 persen atau 17 toko yang tidak memiliki stok minyak goreng.
"Mayoritas di 17 toko tidak tersedia minyak goreng kelapa sawit baik harga yang bersubsidi maupun harga yang masih mahal," ujar Niti di acara Press Birefing YLKI tentang Advokasi Minyak Goreng secara virtual, Jumat (11/2/2022).
Hasil survei juga menunjukkan, 30 persen atau 9 toko tidak memiliki ketersediaan minyak goreng yang tidak bersubsidi. Artinya, harganya masih tinggi.
Kemudian, terdapat 10 persen atau 3 toko memiliki ketersediaan minyak goreng bersubsidi serta satu toko yang menyediakan minyak goreng dengan harga subsidi dan tidak bersubsidi.
YLKI juga melakukan survei tentang kesesuaian harga minyak dengan harga subsidi pemerintah. Hasilnya, 69 persen atau 9 toko yang disurvei harganya di atas standar.
"Ini berarti di pasaran harganya melebihi harga yang diberikan subsidi pemerintah," kata Niti.
Baca juga: Survei YLKI: Mayoritas Toko di Jakarta dan Bekasi Tak Jual Minyak Goreng
Selanjutnya, terdapat 15 persen atau dua toko yang menjual minyak goreng dengan harga sesuai standar pemerintah.
Kemudian, ada dua toko dengan persentase masing-masing 8 persen yang menjual harga sesuai dan di atas standar serta harga di bawah standar.
"Berdasarkan penemuan kami itu, rata-rata harga minyak di pasaran Rp 16.171 per liter. Dari harga rata-rata yang ditemukan pun masih agak tinggi dibandingkan dengan harga subsidi yang diberikan pemerintah," kata Niti.
Di samping itu, survei juga menunjukkan beberapa kendala tidak tersedianya minyak goreng bersubsidi.
Setidaknya, terdapat 58 persen atau 15 toko yang stoknya kosong atau terbatas.
Alasannya pun beragam, mulai dari memang tidak ada stok atau stok yang tersedia sudah habis terjual.
"Jadi untuk pemesanannya selanjutnya (ke distributor) agak lama jadi stoknya kosong dan terbatas, tidak menampung semua kebutuhan masyarakat," imbuh Niti.
Kemudian, terdapat 38 persen atau 10 toko yang tidak mendapatkan akses supply minyak bersubsidi.
Hal ini mayoritas ditemukan di warung atau agen karena keduanya bukan tangan pertama untuk mendapatkan barang dari distributor yang mendapatkan minyak bersubsidi.
"Jadi kebanyakan warung dan agen ini dapat dari tanagn kedua atau ketiga sehingga agak lebih mahal daripada ritel-ritel minimarket atau supermarket," ujar Niti.
Baca juga: Disperindag Tangsel Minta Asparindo Jual Minyak Goreng di bawah Rp 14.000
Selanjutnya, ada satu toko atau 4 persen yang memajang minyak gorengnya secara berkala. Artinya, stok minyak yang tersedia tidak seluruhnya dijual dalam satu waktu. Misalnya pada pagi atau malam hari saja.
Survei YLKI tersebut dilakukan pada 2-8 Februari 2022 yang dilakukan di 30 toko yang tersebar di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.