Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lika-liku Mengajar Saat Pandemi, Upaya Guru Beradaptasi dengan Situasi

Kompas.com - 03/03/2022, 19:44 WIB
Reza Agustian,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

"Kalau ada materi yang harus gerak disiasati dengan buat video, menugaskan murid buat video olahraga," ungkapnya.

Revy mengungkapkan selama mengajar ketika PJJ, dia memberikan materi melalui Power Point, sesekali memberikan penjelasan melalui aplikasi Zoom Meeting atau Google Meet.

"Ada murid yang aktif ada yang tidak aktif namanya anak-anak. Kadang saya memberikan nomor WhatsApp saya ke murid, jadi kalau mereka ada yang tidak mengerti atau mau nanya soal pelajaran bisa kontak saya langsung," imbuhnya.

Revy menjelaskan, dirinya lebih nyaman mengajar secara langsung dibandingkan PJJ, sebab dia kesulitan menegur siswa yang tidak mengerjakan tugas.

"Kalau masuk sekolah kan kita bisa langsung tegur, kalau PJJ itu kita harus sampaikan ke wali kelasnya dahulu kalau ada muridnya yang enggak kerjain tugas," ucap Revy.

Baca juga: 2 Tahun Pandemi Covid-19, Pengelola RSD Covid-19 Klaim Wisma Atlet Telah Lewati Puncak Gelombang Omicron

Belajar tatap muka 50 persen

Setelah PJJ, pemerintah mulai mengizinkan kegiatan belajar tatap muka secara terbatas. Peraturannya tercantum dalam Surat Edaran (SE) Mendikbud Ristek Nomor 2 Tahun 2022 tentang Diskresi Pelaksanaan Keputusan Bersama 4 Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19.

Dalam SE itu, PTM terbatas dapat dilaksanakan dengan jumlah peserta didik 50 persen dari kapasitas ruang kelas pada satuan pendidikan yang berada di daerah dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 2.

SMP 191 Jakarta Barat turut menerapkan PTM kapasitas 50 persen dengan membagi kegiatan menjadi dua sif.

"Misalnya satu kelas murid ada 40 siswa, absen 1 sampai 20 jam sekolahnya mulai 06.30 sampai 09.10 WIB. Berikutnya absen 21 sampai 40 masuk mulai jam 09.30 sampai 12.10," tutur Revy.

Selama PTM, Revy dapat mengajar mata pelajaran PJOK di lapangan.

Saat memberi materi pelajaran olahraga, dia tetap meminta muridnya untuk memperketat protokol kesehatan.

"Prokes (protokol kesehatan) harus tetap dijaga. Kalau kita lagi olahraga di lapangan harus tetap pakai masker, terkadang murid mengeluh karena pengap, itu saya berikan waktu untuk menurunkan masker sebentar lalu dipakai lagi," tutur dia.

Baca juga: 2 Tahun Pandemi, 25 Hektar Lahan di TPU Rorotan Jadi Permakaman Khusus Covid-19

PTM terbatas juga diterapkan di SMA Negeri 23 Jakarta. Edi Susilo menjelaskan, metode belajar tatap muka diterapkan dengan sistem sif setiap pekan.

Misalnya dalam satu kelas terdapat 36 peserta didik. Siswa dengan nomor absen 1 sampai 18 belajar tatap muka di sekolah pada pekan pertama. Sedangkan siswa bernomor absen 19 hingga 36 masuk pada pekan berikutnya.

Edi menilai, kegiatan belajar tatap muka jauh lebih baik dibandingkan jarak jauh atau daring. "Karena kita bisa mengeksplorasi kemampuan siswa semua melalui PTM, menanamkan karakter siswa misalnya seperti itu," tuturnya.

Edi berharap ke depannya pemerintah mampu mengendalikan penularan Covid-19 lebih baik, sehingga PTM dengan kapasitas siswa 100 persen dapat kembali diterapkan.

"Saya yakin pemerintah dengan sumber daya manusia yang ada mampu mengatasi ini sehingga di sektor pendidikan bisa kembali PTM 100 persen seperti awal Januari kita sempat lakukan," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com