Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anies Serahkan Tanah Kampung Akuarium ke Jokowi, Harap IKN Tak Marginalkan Rakyat Kecil

Kompas.com - 14/03/2022, 15:36 WIB
Ihsanuddin

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyerahkan tanah dan air ke Presiden Joko Widodo, saat prosesi penyatuan tanah dan air di titik nol Ibu Kota Nusantara, Senin (14/3/2022) pagi.

Dipantau dari siaran langsung secara daring, Anies menjadi gubernur pertama yang dipanggil oleh pembawa acara. 

Anies lalu langsung maju mendekati Presiden Joko Widodo sambil membawa tanah dan air yang telah diambil dari kawasan Kampung Akuarium, Jakarta Utara.

Gundukan tanah itu dibawa Anies menggunakan keranjang, sementara air dimasukkan dalam wadah kendi. 

Anies kemudian menyerahkan tanah dan air itu kepada Jokowi. Selanjutnya, Presiden Jokowi memasukkan air dan tanah itu ke dalam kendi Nusantara.

Baca juga: Prosesi Penyatuan Tanah dan Air Nusantara di IKN, Anies Baswedan Dapat Giliran Pertama Serahkan ke Jokowi

Usai melakukan prosesi itu, Jokowi berterima kasih kepada Anies. Selanjutnya, giliran gubernur dari provinsi lain satu per satu dipanggil untuk menyerahkan tanah dan air dari daerahnya masing-masing kepada Jokowi.

Penyatuan air dan tanah dari 34 provinsi di IKN ini adalah sebagai simbol bentuk kebinekaan dan persatuan. 

"Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para gubernur, ini merupakan bentuk dari kebinekaan kita dan persatuan yang kuat di antara kita dalam rangka membangun ibu kota Nusantara ini," ujar Jokowi usai prosesi tersebut. 

Baca juga: Prosesi Penyatuan Tanah dan Air di IKN Nusantara, Jokowi: Bentuk Kebinekaan dan Persatuan Kuat

Harapan Anies

Ada alasan dan harapan khusus mengapa Anies Baswedan memilih tanah Kampung Akuarium untuk dibawa ke IKN.

Sama seperti yang telah ia lakukan di Kampung Akuarium, Anies berharap pembangunan IKN Nusantara tidak memarjinalkan rakyat kecil.

"Tanah dari Kampung Akuarium menghadirkan harapan bahwa pembangunan kota baru yang akan dijadikan ibu kota ini hendaknya tidak memarginalkan rakyat kecil dan justru nyata-nyata akan memberikan kemajuan dan kebahagiaan bagi semua, khususnya rakyat kebanyakan," kata Anies dalam akun resmi Instagram-nya, @aniesbaswedan, Minggu (14/3/2022).

Baca juga: Harapan Anies Bawa Tanah Kampung Akuarium ke IKN: Pembangunan Tak Marginalkan Rakyat Kecil

Kampung Akuarium merupakan kampung pernah digusur di era kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada 2016.

Penggusuran dilakukan untuk membangun sheet pile tanggul laut agar banjir rob tak lagi menggenangi sekitar kawasan tersebut.

Namun belakangan Anies kembali membangun kampung tersebut dengan membuat kampung susun. Kampung Susun Akuarium sudah berdiri dan ditempati warga yang tergusur sejak akhir 2021.

Baca juga: Ini Kisah Kampung Akuarium yang Tanahnya Dibawa Anies ke IKN

 

Anies mengatakan, kehidupan masyarakat di Kampung Akuarium menjadi simbol cita-cita utama pendirian Republik Indonesia, yaitu melindungi setiap tumpah darah Indonesia dan menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

"Tanah yang dicangkul oleh para Ibu ini diantarkan ke lahan yang kelak akan dibangun kota baru, yang kelak menjadi ibu kota, yang diharapkan jadi kota yang mencerminkan cita-cita mendasar atas republik ini," ucap Anies, sambil turut mengunggah video pengambilan tanah oleh warga setempat. 

Baca juga: Makna di Balik Tanah yang Dicangkul Ibu-ibu Kampung Akuarium untuk Dibawa Anies ke IKN

Kritik dari PDI-P

Langkah Anies membawa tanah dan air dari Kampung Akuarium dan menyinggung soal pembangunan yang tak memarjinalkan rakyat kecil mendapat kritik dari PDI-P, partai utama pengusung Presiden Joko Widodo. 

Ketua Fraksi PDI-P DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono mengatakan, Anies memilih tanah Kampung Akuarium untuk dibawa ke IKN sebagai bentuk pencitraan seolah-olah berpihak kepada rakyat kecil.

Sementara itu, menurut Gembong, kepemimpinan Anies justru sebaliknya, sangat tidak berpihak kepada rakyat kecil. 

"Apa enggak sebaliknya yang dilakukan karena kan selama ini mereka (Pemprov DKI) hanya seolah-olah berpihak kepada rakyat kecil," tutur Gembong saat dihubungi melalui telepon, Senin (14/3/2022).

Baca juga: Anies Bawa Tanah Kampung Akuarium ke IKN, PDI-P: Seolah-olah Berpihak ke Rakyat Kecil padahal Sebaliknya

 

Gembong memberikan contoh, program pembangunan rumah DP Rp 0 yang justru tidak bisa diakses oleh masyarakat kelas bawah.

"Apakah itu berpihak kepada rakyat kecil?" ucap dia.

Program kedua yang dia contohkan adalah program pengentasan banjir yang seolah-olah berpihak kepada rakyat kecil karena tidak mau melakukan penggusuran untuk program normalisasi.

"Seolah-olah kan (berpihak), tapi kan membiarkan rakyat kecil terendam banjir, apakah itu berpihak?" kata dia.

Baca juga: Anies Cabut Banding di PTUN Terkait Putusan Kali Mampang, PSI: Telat Mikirnya

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com