JAKARTA, KOMPAS.com - Ketersediaan minyak goreng di pasaran saat ini sudah mulai kembali normal meski harganya tidak seperti sebelumnya.
Namun, selama Ramadhan ini ketersediaan minyak goreng justru belum menentu.
Salah satunya dialami Melan, pemilik toko minyak goreng grosiran dan sembako di Jalan Anggrek, Koja, Jakarta Utara.
"Minyak goreng sekarang biasa-biasa saja, gak kayak kemarin lagi. Kemarin-kemarin kan orang agak panik, sekarang pemerintah sudah kasih agak longgar, barangnya ada aja," kata Melan saat ditemui, Senin (11/4/2022).
Namun, kata dia, apakah persediaan minyak goreng tersebut aman belum dapat diketahui karena pada Sabtu (9/4/2022) lalu dirinya tidak mendapatkan barang dari pabrik.
Minyak goreng yang dijual Melan, didapatkan langsung dari pabrik dengan ketersediaan yang tidak menentu.
"Persediaan begitu kita enggak bisa tahu kan dari pabrik, cuma kadang-kadang kita ambil dari bos kita sedapatnya. Misalnya kemarin-kemarin barangnya kurang, dia kasih sedikit aja gitu. Stoknya, banyak gak banyak kita enggak bisa ngomong. Kita enggak tahu," ujar Melan.
Dia mengatakan, meskipun mengambil barang dari pabrik, tetapi terkadang dia bisa mendapatkan barang sesuai ketersediaan pabrik.
Jika barang di pabrik banyak, kata dia, maka minyak yang didapatkannya pun bisa banyak. Begitupun sebaliknya.
Baca juga: Kemensos Jamin Penyaluran BLT Minyak Goreng Bakal Tepat Sasaran
"Kita juga enggak bisa tahu dari pabrik adanya berapa. Tiap hari juga dapatnya kadang-kadang, kadang juga enggak dapat. Kemarin Sabtu juga enggak dapat," kata dia.
Sebab ketersediaan minyak goreng yang tidak menentu, Melan pun menyesuaikan penjualannya kepada masyarakat.
Jika barangnya banyak, dia tidak membatasi pembelian kepada masyarakat.
Namun, jika barangnya kurang, kata dia, maka dirinya memukul rata jumlah penjualan ke warga.
"Dikasihnya bagi-bagi semua. Kalau 10 kilo ya 10 kilo, jadi semua ada. Biasanya kan pertama orang enggak tahu, ambil 1-2 dirigen ya kita kasih aja, kita juga kan enggak tahu. Kita masih dapat (persediaan minyak) kan bawa aja. Kita kan di sini jualnya murah, dia kasih begitu jadi ya udah kita semuanya rata kasih 10 kilo," kata dia.
Melan mengatakan, dirinya menjual minyak goreng murah dengan harga per kilonya Rp 15.500.
Sebab, sudah ada harga eceran tertinggi (HET) dari pemerintah, pihaknya pun tidak bisa menjual mahal.
"Enggak boleh jual Rp 16.000. Pokoknya Rp 15.500. Itu juga enggak boleh melanggar, kalau melanggar kita kena hukum," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.