Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyelenggara "Summer In Jungle" Bantah Tudingan soal Eksploitasi Primata

Kompas.com - 15/06/2022, 20:42 WIB
M Chaerul Halim,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Pihak penyelenggara acara "Summer In Jungle" membantah tudingan soal eksploitasi primata. Tudingan tersebut disampaikan sejumlah pengguna media sosial Twitter dan Instagram beberapa waktu lalu.

Adapun acara yang digelar di Pesona Square Depok ini bertajuk Pengenalan dan Cara Merawat Primata Asli Indonesia. Kendati demikian, warganet menilai acara tersebut justru dapat mendorong minat masyarakat memelihara primata, seperti monyet dan berukSedangkan, primata tidak boleh dipelihara karena merupakan satwa liar dan berisiko menularkan penyakit.

"Padahal yang disebut eksploitasi di event ini tidak ada, semua bisa ditanyakan kepada pihak mal yang memang menyaksikan atau juga pengunjung yang datang di hari tersebut," kata salah satu penyelenggara, Haikal, kepada wartawan, Rabu (15/6/2022).

Baca juga: Primata Berkostum Tampil di Pesona Square Depok Tuai Kecaman, Ini Klarifikasi Panitia Acara

Menurut Haikal, talk show tersebut bagian dari acara pameran hewan peliharaan. Namun, dia menduga, karena ada pameran hewan primata maka hal tersebut menjadi sensitif.

"Sebetulnya event ini, kita bisa bilang pet exhibition yang biasa di beberapa mal juga diselenggarakan. Tapi mungkin ada sedikit sensitivitas dengan kehadiran komunitas primata," ujar Haikal.

Haikal mengatakan, komunitas yang hadir di acara tersebut benar-benar pecinta primata. Bahkan, hewan primata yang diadopsi seperti beruk dan kera ekor panjang merupakan hasil penyelamatan dari pelaku eksploitasi.

"Mereka pure adalah pecinta primata. Dari beberapa primata yang ada adalah jenis beruk serta ekor panjang, dan mereka rata rata memang dari rescue menyelamatkan dari beberapa oknum topeng monyet," imbuhnya.

Diwawancarai secara terpisah, General Manager Mal Pesona Square, Rina Picauly mengatakan, pihaknya hanya memfasilitasi tempat untuk event tersebut.

Menurutnya, acara tersebut memiliki tujuan edukasi untuk mengenalkan bagaimana cara merawat, mencintai hewan dan bertanggung jawab terhadap hewan peliharaan.

"Sebenarnya kami ini kan penyelenggara jadi (hanya) penyedia tempat. Kebetulan partner kita waktu itu, event organizer (EO) Souq yang memberikan ide partner dengan pecinta hewan," kata Rina kepada wartawan, Rabu.

Baca juga: Mahasiswa S3 IPB: 30 Primata Indonesia Terancam Punah di 2050

Rina tak menduga acara tersebut malah mendapatkan kecaman dari pecinta hewan. Terkait hal itu, dia mengaku telah meminta klarifikasi kepada pihak penyelenggara serta komunitas pecinta primata.

Di sisi lain, Rina menegaskan bahwa tidak ada kegiatan jual beli hewan dilindungi dalam acara tersebut.

"Kami juga sudah mengonfirmasi kepada pihak yang bersangkutan bahwa komunitas P3BKS hanya memberikan edukasi tentang primata. Hewan yang dibawa dalam acara ini pun bukan merupakan hewan yang dilindung, dan tidak ada kegiatan jual beli untuk hewan jenis ini," kata dia.

Adapun salah satu akun di Twitter yang mengkritik acara tersebut yakni @indiratendi. Ia mengunggah foto acara yang menampilkan dua ekor primata yang diberikan pakaian layaknya manusia dan tengah duduk di kursi.

"Bantu report tweeps," dikutip dari keterangan unggahan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com