Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jawara dari Condet, Sosok Entong Gendut yang Gantikan Nama Jalan Budaya di Kramat Jati

Kompas.com - 21/06/2022, 12:08 WIB
Larissa Huda

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikan perubahan 22 nama jalan di DKI Jakarta dengan nama-nama tokoh Betawi, salah satunya nama Entong Gendut.

Nama Entong Gendut pun akhirnya diabadikan menjadi nama jalan di kawasan Jakarta Timur. Jalan Entong Gendut menggantikan nama Jalan Budaya yang terletak di Kramat Jati, Jakarta Timur.

Nama Entong Gendut bukanlah sosok asing bagi warga Jakarta. Entong Gendut dikenal sebagai pembela rakyat Condet pada abad ke-17.

Baca juga: Anies Minta Warga Jakarta Tak Khawatir Masalah Administrasi Setelah Puluhan Nama Jalan Diganti

Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan, pada waktu itu tanah yang dikuasai perusahaan Hindia Timur Belanda atau VOC semakin luas.

Bahkan, tanah-tanah yang ada di sekitar benteng di Batavia diperuntukkan perwira dan dan pejabat tinggi VOC.

"Namun, justru tanah-tanah tersebut dijual kepada saudagar China yang kaya. Tanah-tanah inilah yang kemudian dikenal dengan nama tanah partikelir," dikutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id.

Penduduk yang berdiam di atas tanah partikelir diwajibkan untuk mambayar pajak kepada pemilik tanah. Begitu pula dengan para petani yang menyewa tanah diharuskan membayar cukai atau pajak yang ditentukan setiap sepuluh tahun sekali.

Selain itu, setiap panen para petani yang menyewa tanahnya harus menyerahkan seperlimanya untuk diserahkan kepada pemilik tanah.

Pada saat-saat tertentu para petani juga diharuskan untuk kerja di tanah milik tuan tanah tersebut tanpa diberi upah. Atas kesewenang-wenangannya, timbullah perlawanan petani terhadap tuan tanah.

Pada masa pemerintahan Kolonial Belanda, Condet merupakan daerah yang dikuasai tuan tanah. Para tuan tanah bermarkas di Kampung Gedang.

Seluruh tanah di Condet dari Tanjung Timur sampai dengan Tanjung Barat dikuasai oleh tuan tanah. Waktu itu rakyat diharuskan membayar pajak yang ditagih oleh mandor dan centeng tuan tanah.

Baca juga: Mengenal Mpok Nori, Komedian Betawi Bergaya Lugas yang Namanya Gantikan Jalan Bambu Apus

"Peristiwa berkelanjutan yang menimpa para petani akibat ulah tuan tanah tersebut menimbulkan keprihatian kelompok pencak silat di Batu Ampar pimpinan Entong Gendut," tulis situs Kemdikbud.

Mereka ingin memihak para petani dan mencegah apabila rumah dan tanah petani disita dan dijual, mereka juga membenci para tuan tanah yang hidup berfoya-foya.

Pada 1916, di Condet terdapat seorang tuan bernama Lady Lollinson. Di Villa tersebut sedang diadakan pesta tari Topeng dan kegiatan lainnya.

Entong Gendut pun berencana menghentikan pesta Tari Topeng dan kegiatan lainnya yang ada di rumah tersebut.

Perbuatan Entong Gendut membuat amarah para marsose Belanda dan bagi tuan tanah perbuatan Entong Gendut dianggap sebagai pembangkangan.

Tuan tanah tidak dapat menerima atas kejadian yang dilakukan Entong Gendut. Mereka melaporkan ke pihak yang berwajib.

Baca juga: Lika-Liku Hidup Haji Bokir, dari Penjudi jadi Legenda Seniman Betawi

Assisten Wedana dan Mantri Polisi mendatangi kediaman Entong Gendut agar Entong Gendut dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Pertempuran antara masyarakat Condet pimpinan Entong Gendut dan para marsose Belanda tidak dapat dihindari. Entong Gendut tertembak Belanda, dan meninggal dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com