Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ign Joko Dwiatmoko
Guru

Guru, Blogger dan Penulis Buku

Fenomena Citayam Fashion Week dari Sudut Budaya

Kompas.com - 28/07/2022, 12:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

FENOMENA lenggak-lenggok dengan outfit baju kekinian ala remaja Citayam yang dimotori Eka Satria Putra alias Bonge luar biasa tanggapannya.

Kegiatan para ABG yang memamerkan pakaian ala mereka benar-benar mengalahkan popularitas ajang kegiatan lain yang terorganisir sebelumnya.

Viralnya aksi anak Citayam itu mengundang reaksi positif maupun negatif. Yang menyambut positif umumnya menganggap bahwa Bonge dan teman-temannya kreatif memanfaatkan momentum dengan menciptakan kebiasaan baru.

Mereka memadupadankan baju murah, dengan gaya anak-anak dari kalangan pinggiran kota.

Sementara yang bereaksi negatif menganggap kegiatan memanfaatkan zebra cross sebagai catwalk itu mengganggu pengguna jalan.

Mereka dianggap lebay, cari sensasi dan memberi pengaruh negatif terutama ketika seorang cowok melenggak-lenggok seperti seorang cewek.

Citayam sebuah nama kota kecil (lebih tepatnya Kelurahan) yang masuk dalam wilayah kota administratif Depok (Kota Madya).

Citayam lebih dikenal dengan stasiun kereta api yang kesehariannya di sekitar stasiun terlihat ramai cenderung macet lalu-lintasnya.

Citayam masuk kecamatan Cipayung, Kota Depok, wilayah mandiri yang sebelumnya gabung dengan kabupaten Bogor.

Anak muda yang berasal dari kota pinggiran Jakarta (masuk wilayah Jawa Barat) itu, sangat suka nongkrong di sekitar Dukuh Atas, dekat Stasiun Sudirman.

Zebra cross menjadi ajang unjuk fashion yang membuat viral dan sontak terkenal sampai publik mengikuti dan menonton fenomena lenggak-lenggok di penyeberangan tersebut.

Beberapa pejabat publik seperti Ridwan Kamil dan Anies Baswedan pernah menjajal apa yang dilakukan para remaja itu.

Namun belakangan Satpol PP DKI Jakarta membatasi aktivitas, pamer baju dan gaya pergaulan di wilayah Dukuh Atas tersebut dengan alasan mengganggu ketertiban umum, salah satunya menimbulkan kemacetan lalu lintas.

Beberapa artis terutama Baim Wong dan istrinya (Paula Verhoeven) tertarik memanfaatkan viralnya kegiatan di Dukuh Atas itu sebagai brand baru, yang kemudian didaftarkan sebagai sebuah hak cipta.

Belakangan pendaftaran tersebut dibatalkan setelah dikritik berbagai pihak.

Fenomena pamer gaya hidup itu, menurut saya, ada sisi positif dan negatifnya. Hal positif adalah banyak anak muda mempunyai kepekaan dalam memanfaatkan media sosial untuk kegiatan branding.

Hal itu membuat mereka mempunyai pendapatan dari hasil kegiatan, yang anggaplah sebuah kreatifitas.

Anak-anak muda itu perlu difasilitasi untuk mengembangkan kreatifitas sesuai kemampuan mereka.

Adanya Tiktok, Instagram, Facebook telah membuat nama mereka tenar dan bisa menciptakan trend baru.

Namun, kegiatan yang memanfaatkan fasilitas umum membawa dampak lain, yaitu terganggunya aktifitas para pengguna jalan.

Di saat Covid-19 masih merajalela, berbagai kerumunan masyarakat terutama di lokasi tersebut rawan terjadi penularan.

Seringnya kegiatan digelar tanpa kenal waktu akan membuat masyarakat cepat bosan dan lama-lama akan menghilang.

Pengaruh negatif lainnya adalah budaya pamer dengan dandanan yang cenderung terpengaruh budaya luar (Korea, Jepang, Barat).

Lebih bagus jika menampilkan kekhasan budaya setempat, misalnya, untuk Citayam Jakarta bisa menampilkan outfit budaya lokal seperti Betawi dan Sunda.

Lebih bagus lagi kegiatan fashion itu menampilkan brand-brand lokal yang pendekatan desainnya lebih ke kekayaan budaya.

Baru-baru ini di Malioboro juga muncul fenomena pamer baju kebaya. Penyesuaian budaya lokal yang tidak kalah.

Bukan mengecilkan fenomena Citayam Fashion Week. Perlu dipikirkan bahwa kegiatan itu sebaiknya tidak dilakukan setiap hari, namun bisa diadakan setiap akhir pekan atau sebulan sekali.

Dengan pengelolaan lebih tertata melibatkan aparat hingga pengamat mode, anak-anak muda bisa menampilkan gaya busana yang selaras dengan perkembangan kejiwaan mereka.

Mereka juga harus sadar tetap menjaga kebersihan lingkungan dan protokol kesehatan.

Para artis pun sebaiknya tidak memanfaatkan popularitas para remaja itu untuk kepentingan pribadi.

Setiap masa selalu muncul perubahan budaya. Fenomena kegiatan yang berbuah viral itu merupakan fenomena budaya kekinian, ditunjang pengaruh media sosial dan platform.

Booming kegiatan semacam fashion di jalan raya itu harus ditertibkan. Bukan berarti dihilangkan, namun dipindah ke tempat yang tidak mengganggu ketertiban umum.

Para remaja itu juga mesti tetap memikirkan pendidikan, pembelajaran dan masa depan.

Kalau perlu ada pelatihan tentang fashion, pengelolaan kegiatan, entrepreneur, managemen dari hasil jual outfit dan gelar kegiatan hingga soal hak cipta.

Bukan hanya kegiatan hura-hura yang sekadar ramai dan membuat kerumunan. Sebab, ketika ada pembatasan kegiatan di Dukuh Atas, para remaja itu kucing-kucingan dengan petugas.

Kalau kegiatan itu dikelola dengan baik dengan melibatkan para entrepreneur, bukan tidak mungkin akan membantu anak muda menghidupkan perekonomian dan UMKM.

Jika dikelola dengan pendekatan budaya tentu akan menjadi lebih menarik. Sekali lagi bukan hanya fenomena sesaat atau sebutlah musiman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com