Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Djiauw Kie Siong, Pemilik Rumah Tempat Soekarno-Hatta "Diculik" di Rengasdengklok

Kompas.com - 17/08/2022, 17:04 WIB
Joy Andre,
Ivany Atina Arbi

Tim Redaksi

KARAWANG, KOMPAS.com - Sekitar 77 tahun lalu, pada 16 Agustus 1945, tokoh perjuangan Indonesia Soekarno dan Mohammad Hatta "diculik" untuk dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat.

Istri Soekarno, Fatmawati, dan anak mereka yang masih bayi, Guruh Soekarnoputra, juga ikut diboyong ke Rengasdengklok.

Ketika itu, golongan pemuda ingin menjauhkan Soekarno-Hatta dari pengaruh Jepang yang baru saja kalah di Perang Dunia ke II dan menyerahkan diri kepada sekutu.

Bersama dengan kaum muda, Soekarni, Shodancho Singgih, Jusuf Kunto, dan tokoh-tokoh lainnya, Soekarno-Hatta tinggal sementara di rumah milik Djiauw Kie Siong untuk mematangkan rencana kemerdekaan Indonesia.

Keesokan harinya, naskah proklamasi pun dibacakan oleh Soekarno di sebuah rumah di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta Pusat.

Baca juga: Menengok Rumah Penculikan Soekarno-Hatta di Rengasdengklok

Lalu, siapa Djiauw Kie Siong itu? Istri dari cucu Djiauw Kie Siong, yang ingin diidentifikasi sebagai ibu Yanto menuturkan bahwa Djiauw Kie Siong adalah petani yang tinggal di sekitar Sungai Citarum.

"Kakek itu petani dan dulu berladang palawija. Dulu kakek punya sawah sekitar dua hektar. Kakek sudah bertani lebih dari 20 tahun saat itu, sejak tahun 1930," kata perempuan yang kini menginjak usia 74 tahun tersebut.

Selama bertani, mayoritas tanaman yang ditanam oleh Djiauw Kie Siong adalah timun, singkong, terong, hingga kacang.

Djiaw Kie Siong sendiri merupakan keturunan Tionghoa. Menurut ibu Yanto, Djiaw Kie Song lahir sekitar tahun 1880 di Desa Pisangsambo, Karawang.

Di tahun 1920, Djiauw Kie Siong pindah ke Rengasdengklok ke rumah yang kini telah dijadikan cagar budaya.

Pintu depan rumah milik Djiauw Kie Siong, yang terletak di Rengasdengklok, Kabupaten Karawang. Rumah tersebut merupakan tempat bersejarah saat Soekarno-Hatta diculik untuk mendesak kemerdekaan Indonesia.KOMPAS.com/JOY ANDRE T Pintu depan rumah milik Djiauw Kie Siong, yang terletak di Rengasdengklok, Kabupaten Karawang. Rumah tersebut merupakan tempat bersejarah saat Soekarno-Hatta diculik untuk mendesak kemerdekaan Indonesia.

Baca juga: Menelusuri Tempat Naskah Proklamasi Disusun: Dulu Kediaman Perwira Tinggi Jepang, Kini Museum

Djiauw Kie Siong wafat pada tahun 1964, kemungkinan karena sakit paru-paru yang dideritanya.

"Meninggal tahun 1964," ucap dia singkat.

Ia juga bercerita, rumah Djiauw Kie Siong itu tidak pernah dipugar, mulai dari lantai hingga bilik kamar, semua masih asli dan berusia lebih dari 100 tahun.

"Ini (lantai) masih asli. Ini dari tanah merah, bahan batu bata. Bapak (Djiauw Kie Siong) kan pindah tahun 1920, berarti ini usia rumah sudah 102 tahun," tutur Ibu Yanto.

Meski tokoh proklamasi dan pemuda Indonesia hanya singgah sebentar di rumah Djiauw Kie Siong, rumah itu akan selamanya menjadi bagian penting dari sejarah Indonesia.

Keberadaan Djiauw Kie Siong dan rumahnya di Rengasdengklok itu menjadi saksi bahwa etnis Tionghoa juga ikut berkontribusi besar dalam kemerdekaan Indonesia.

Baca juga: Jejak Perjuangan di Gedung Joang 45: Hotel Mewah yang Jadi Markas Pemuda Revolusioner

Poster diri dari Presiden Soekarno yang banyak terpajang di dinding rumah milik Djiauw Kie Siong, di Rengasdengklok, Kabupaten Karawang.KOMPAS.com/JOY ANDRE T Poster diri dari Presiden Soekarno yang banyak terpajang di dinding rumah milik Djiauw Kie Siong, di Rengasdengklok, Kabupaten Karawang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

Megapolitan
Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com