KARAWANG, KOMPAS.com - Tepat 77 tahun lalu, 16 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta "diculik" oleh golongan pemuda ke Rengasdengklok, Kabupaten Karawang. Mereka yang terlibat "penculikan" yakni Soekarni, Wikana, Aidit, Chaerul Saleh, dan lainnnya.
Ketika itu, golongan pemuda ingin menjauhkan Soekarno-Hatta dari pengaruh Jepang. Dasar "penculikan" tersebut merupakan sikap dari golongan muda terkait kekalahan Jepang pada Perang Dunia ke II.
Golongan muda hendak memanfaatkan momentum kekalahan Jepang. "Penculikan" Soekarno-Hatta dilakukan agar mereka segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Bung Karno dan Hatta Diculik ke Rengasdengklok
Peristiwa "penculikan" itu terjadi pada Kamis, 16 Agustus 1945 dini hari. Soekarno dan Hatta dibawa ke kediaman Djiauw Kie Siong di Dusun Bojong, Rengasdengklok, Kabupaten Karawang.
Istri dari cucu Djiauw Kie Siong, Ibu Yanto (74), menceritakan, dua tokoh nasional itu pergi dari Jakarta saat subuh dan tiba di Karawang menjelang sore.
"Soekarno dan Hatta itu kan diculik sama golongan muda, PETA (Pembela Tanah Air). Dari Jakarta itu tanggal 15 subuh, sampai di sini (Karawang) itu sore, terus mereka menginap satu malam," kata Ibu Yanto, saat ditemui Kompas.com, di rumah Djiauw Kie Siong.
Di rumah yang kini masuk dalam situs cagar budaya itu, Yanto bercerita, kala itu, Soekarno turut membawa putranya, Guntur Soekarnoputra.
Selain itu, Soekarno juga turut membawa Ibu Fatmawati ke Rengasdengklok. Sementara Hatta, hanya datang seorang diri tanpa membawa siapa-siapa.
"Mungkin Bapak Soekarno itu rapat segala macam, bikin konsep untuk kemerdekaan. Lalu, tanggal 16 Agustus 1945 malam, sebelum Pak Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta, bendera Merah Putih sudah banyak berkibar secara simbolis," kata dia melanjutkan.
Baca juga: Detik-detik Peristiwa Rengasdengklok hingga Proklamasi Kemerdekaan RI
Sore hari di Rengasdengklok, kedua tokoh bangsa itu dijemput oleh Jusuf Kunto dan Achmad Soebarjo.
"Mereka itu dijemput sama Pak Soebarjo dan pak Jusuf Kunto, diminta buat kembali ke Jakarta," tutur Yanto.
"Mereka sampai di Jakarta itu, 17 Agustus subuh. Naskah Proklamasi juga sudah diketik sama Pak Sayuti Melik," tutur Yanto bertutur.
Esok harinya, tepat pada pukul 10.00 WIB, Indonesia menyatakan merdeka dari penjajahan.
Soekarno, yang didampingi oleh Mohammad Hatta, membacakan teks proklamasi di sebuah rumah di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta Pusat.
Meski naskah proklamasi dibacakan di Jakarta, namun rumah Djiaw Kie Siong di Rengasdengklok akan selamanya menjadi bagian penting dari sejarah Indonesia.
Rumah yang lekat dengan etnis Tionghoa itu pun menjadi saksi bahwa etnis Tionghoa, ikut berkontribusi dalam kemerdekaan Indonesia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.