Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Mata Berdirinya Sekolah Kedokteran dan Organisasi Budi Utomo

Kompas.com - 17/08/2022, 21:48 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Ivany Atina Arbi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hari ini, tanggal 17 Agustus, masyarakat Indonesia memperingati Hari Kemerdekaan RI yang ke-77.

Berbagai perayaan dilakukan untuk menjadi pengingat bahwa ada perjuangan yang berat dan panjang dalam memperebutkan kemerdekaan.

Di balik itu, ada pula tempat-tempat yang menjadi saksi bisu perkembangan Indonesia dari masa ke masa, seperti Museum Kebangkitan Nasional.

Museum itu masih berdiri kokoh di Jalan Dr. Abdul Rahman Saleh No.26, Senen, Jakarta Pusat.

Lokasi museum itu tepat berada di pinggir jalan, tak jauh dari Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPA) Gatot Subroto.

Bangunan bersejarah yang berdiri tahun 1899 ini berada di atas lahan seluas 15.742 meter persegi.

Baca juga: Menengok Rumah Penculikan Soekarno-Hatta di Rengasdengklok

Sebelum dijadikan sebagai Museum Kebangkitan Nasional, gedung ini pada awalnya diperuntukkan sebagai sekolah kedokteran yang didirikan oleh Pemerintah Belanda.

Sekolah itu diberi nama School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) atau Sekolah Kedokteran Bumiputra.

Salah satu tokoh yang sempat mengeyam pendidikan di sekolah itu adalah Tjipto Mangoenkoesoemoe (Cipto Mangunkusumo).

"Kalau dari tokoh mungkin kita kenal adalah Dr Cipto Mangunkusumo. Itu adalah salah satu tokoh yang lulusan dari sini," ujar Humas Museum Kebangkitan Nasional, Zulfa Nurdina, Selasa (16/8/2022).

STOVIA memiliki catatan sejarah yang cukup panjang. Sekolah kedokteran itu merupakan penyempurnaan sistem pendidikan yang dahulunya diterapkan di Sekolah Dokter Jawa pada 1851.

Baca juga: Mengenal Djiauw Kie Siong, Pemilik Rumah Tempat Soekarno-Hatta Diculik di Rengasdengklok

Saat itu sekolah tersebut tergabung dengan Gedung Rumah Sakit Militer Weltevreeden atau Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.

Namun dalam beberapa tahun ke depan, dewan pengajar memutuskan untuk memindahkan sekolah tersebut agar aktivitas belajar tak terganggu.

Kala itu, beberapa tenaga pendidikan yang tak lain merupakan warga negara Belanda dan pelajar Indonesia menjalani proses belajar mengajar di ruang terbuka.

Tampak tidak ada dinding yang membatasi antara kelas dan koridor. Kondisi bangunan kelas pada masa itu pun masih terlihat hingga gedung sekolah itu dijadikan Museum Kebangkitan Nasional.

"Jadi dulu orang belajar tidak ada dindingnya, terbuka saja. Mungkin dahulu tidak sebising sekarang," kata Zulfa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com