BEKASI, KOMPAS.com - Kecelakaan maut terjadi di Bekasi tepatnya di Jalan Sultan Agung Km 28,5 Kelurahan Kota Baru, Bekasi Barat, Kota Bekasi, Rabu (31/8/2022) siang.
Kecelakaan maut itu terjadi persisi di depan Sekolah Dasar (SD) Negeri Kota Baru II dan II Kota Bekasi. Truk kontainer itu menabrak halte yang dipenuhi anak-anak SD yang tengah menunggu jemputan sekolah.
Selain menabrak halte, truk juga menabrak tiang komunikasi Telkomsel. Tiang tersebut roboh dan menimpa pikap dan mengakibatkan tewasnya sopir serta kernet.
Korban kecelakaan tersebut mencapai 33 orang. Sebanyak 23 orang mengalami luka-luka dan 10 orang meninggal dunia. Dari 10 orang yang meninggal dunia, empat di antaranya ialah siswa SD.
Baca juga: Sederet Fakta Kecelakaan Truk Maut di Bekasi yang Tewaskan 10 Orang
Kecelakaan maut itu bermula dari truk kontainer yang hilang kendali hingga masuk ke bahu jalan dan menabrak halte.
"(Awalnya) menabrak halte dan orang yang sedang menunggu di halte," kata DIrektur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Latif Usman dilansir dari siaran langsung Kompas TV.
"Ya memang kebanyakan anak sekolah, karena ini halte SD, lagi berkumpul di halte, tiba-tiba ada kontainer yang nyelonong ke bahu jalan," kata Latif.
Selanjutnya, kata Latif, truk itu masih terus melaju hingga menabrak tiang tower komunikasi Telkomsel.
Polisi kini sedang menyelidiki dugaan rem blong yang dialami sebuah truk kontainer sehingga menabrak puluhan orang tersebut.
"Sedang penyelidikan, karena juga kalau rem blong jalan cukup datar, kalau perkiraan kami kecepatannya (melebihi batas normal)," ujar Latif.
Baca juga: Ini Kronologi Lengkap Kecelakaan Truk Maut di Bekasi Beserta Data Korban Tewas
Berdasarkan pantauan di lokasi, sekolah berada di dekat sebuah fly over. Jarak antara sekolah dan fly over Kranji itu kira-kira 500 meter.
Truk kontainer tersebut diketahui datang dari arah fly over. Latif juga sempat menyatakan truk itu mengalami kecelakaan saat persneling terhenti di gigi tiga.
Latif mengatakan, truk itu awalnya hilang kendali hingga masuk ke bahu jalan dan menabrak halte.
"Kami duga kecepatannya masih di atas 60 km per jam, ini masih kami duga," ujar Latif.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Penegakan Hukum (Dirgakkum) Korlantas Polri Brigadir Jenderal Aan Suhanan mengatakan, ada bekas rem dari truk kontainter itu.
"Ada bekas rem. Ada sekitar lima meter (tanda upaya pengereman), kami selidiki nanti," ujar Aan di lokasi kejadian, Rabu kemarin. Dilihat dari bekas rem itu, Aan menduga, kemungkinan ada dua penyebab kecelakaan.
Baca juga: Bukan 7, RS Pastikan Anak-anak yang Tewas dalam Kecelakaan Maut di Bekasi Berjumlah 4 Orang
"Kami lihat dari bekas rem, ini ada beberapa kemungkinan, bisa human error, bisa gagal rem karena overload, ini masih kami selidiki," kata Aan.
Direktur Operasional Jasa Raharja Dewi Aryani Suzana menyebutkan lokasi kecelakaan tersebut sebagai daerah blackspot. Hal itu, kata Dewi, disinyalir menjadi salah satu penyebab kecelakaan.
"Di data Jasa Raharja ini memang blackspot area. Tadi sebelum ini, tandanya ada papan rambu rawan kecelakaan," tutur Dewi dikutip dari program Breaking News Kompas TV, Rabu (31/8/2022).
Dilansir dari website resmi Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, blackspot didefinisikan sebagai suatu segmen yang kira-kira sepanjang 500 meter yang sering terjadi kecelakaan.
Ada area ini biasanya memiliki Angka Ekivalensi Kecelakaa (AEK) lebih dari 30 kejadian yang dihitung berdasar data kecelakaan selama dua tahun.
Hal ini mengacu pada Keputusan Kakorlantas Polri Nomor 43Tahun 2016 tentang Pedoman Penentuan dan Pengkajian Blackspot. AEK dihitung berdasarkan data kecelakaan dari Kepolisian yang terhimpun dalam Indonesian Road Safety Management System (IRSMS).
Adapun setiap kecelakaan bergantung pada keparahan korban mendapat skor bobot yang berbeda untuk mengukur AEK.
Atas kejadian tersebut, Dewi mengatakan akan mengevaluasi kondisi tersebut bersama forum lalu lintas mengingat daerah tersebut sudah ditandai sebagai daerah rawan kecelakaan.
"Kami bersama-sama dengan forum lalu lintas itu biasanya akan melakukan evaluasi," kata Dewi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.