"Teman-teman mahasiswa, saya ditugaskan untuk mendengarkan aspirasi teman-teman," ujar Abraham menggunakan pengeras suara dari atas mobil komando.
Di saat yang bersamaan, Abraham meminta peserta unjuk rasa untuk mendengarkan alasan pemerintah menaikkan harga BBM.
Ia menyebutkan, subsidi BBM harus dialihkan karena anggaran subsidi energi yang membengkak.
"Tahun lalu anggaran subsidi BBM Rp 188 triliun, itu tahun lalu 2021. Tahun ini 2022 anggaran naik Rp 502 triliun. Kenapa naik? Teman-teman mahasiswa punya handphone, bisa Google, buka laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)," ucap Abraham.
Sontak penjelasan dari Abraham Wirotomo disambut teriakan mahasiswa yang tak terima atas penjelasan Tenaga Ahli KSP itu.
Koordinator Media BEM SI Luthfi menegaskan, penjelasan dari perwakilan Istana itu sama sekali tak menjawab tuntutan para mahasiswa
"(Penjelasan itu) sangat tidak memuaskan karena memang tidak ada yang menjawab dari tuntutan kita dan malah berdongeng kesana kemari," kata kepada Kompas.com, Jumat (16/9/2022).
Luthfi mengatakan, sejak awal juga mahasiswa sudah mengetahui bahwa pembengkakan anggaran subsidi BBM-lah yang menyebabkan pemerintah menarik subsidi.
Oleh karena itu, BEM SI dalam aksinya tidak hanya sekadar meminta pemerintah menurunkan harga BBM.
Ada tuntutan lainnya yang juga disampaikan. Salah satunya, pemerintah diminta untuk menunda proyek proyek strategis nasional yang tidak berdampak langsung kepada masyarakat dan mengalihkan anggarannya ke subsidi BBM.
"Karena kita rasakan bahwa proyek yang dibangun oleh pemerintah memang tidak berdampak kepada rakyat, khususnya IKN (Ibu Kota Nusantara di Kalimantan Timur)," kata Luthfi.
Selain itu, BEM SI juga menuntut pemerintah untuk menerapkan regulasi pemakaian BBM bersubsidi secara tegas.
Jadi, jika pemakaian BBM bersubsidi selama ini dianggap tak tepat sasaran, regulasinya yang diperbaiki, bukan subsidinya yang dicabut.
Sebab, dampak kenaikan BBM juga bukan hanya dirasakan kelas menengah atas yang selama ini menyalahgunakan BBM.