Pembuatan patung berlangsung selama satu tahun dengan peresmian dilakukan oleh Soekarno. Sukardi mengatakan, tidak ada perdebatan dalam pembuatan maupun peletakan patung saat itu.
Ini karena tidak ada unsur politis karena pembuatan patung semata hanya ingin memperlihatkan semangat Jakarta dalam menyambut para tamu perhelatan Asian Games.
Nasib tragis Henk Ngantung di pengujung karier
Sayang, pamor Henk sebagai seniman sekaligus birokrat itu pudar seiring stigmatisasi politik Orde Baru yang menjerumuskan orang-orang dekat Soekarno. Henk dicopot dari jabatannya oleh rezim Orde Baru dengan cap pengikut Partai Komunis Indonesia.
Tragedi kehidupan Henk dan istri mulai terjadi pada sekitar Gerakan 30 September (G30S) 1965. Peristiwa tadi juga yang memaksa Henk dan Evelyn menjual rumah mereka di kawasan cukup elite, Jalan Tanah Abang II, Jakarta.
Lantas, uang hasil penjualan rumah di Jalan Tanah Abang II itu digunakan untuk membeli rumah di permukiman padat penduduk di pinggir Jalan Dewi Sartika seharga Rp 5,5 juta.
Hidup tanpa uang pensiun sejak kepindahannya ke Dewi Sartika, Henk kembali menekuni kanvas. Uang hasil penjualan lukisannya digunakan untuk menghidupi keluarga.
Baca juga: Henk Ngantung, Desainer Tugu Selamat Datang di Bundaran HI yang Jadi Gubernur
Henk menghabiskan waktunya hari demi hari dengan melukis di ruang tamu dan tengah. Ia hanya sendiri di ruangan itu karena tak mau diganggu saat melukis.
Kesetiaan Henk melukis terus berlanjut meski ia digerogoti penyakit jantung dan glaukoma yang membuat mata kanannya buta dan mata kirinya hanya berfungsi 30 persen.
Sebulan sebelum tutup usia, ketika Henk dalam keadaan dirisak penyakit, ia menggelar pameran lukisan pemungkasnya. Pameran itu disponsori pengusaha Ciputra.
Kendati kini sudah tak ada lagi tamu yang datang dari Bandara Kemayoran di utara Bundaran HI, Tugu Selamat Datang yang didesain Henk tetap setia mengucapkan selamat datang kepada siapa pun dari belahan bumi mana pun.
(Penulis: David Oliver Purba, Vitorio Mantlean/Editor: Robertus Belarminus, Egidius Patnistik)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.