Selanjutnya, masjid ini diresmikan pada 31 Maret 1971 oleh Gubernur Ali Sadikin.
Perkembangan kegiatan dan jangkauan jemaah masjid ini terlihat dari banyaknya orang yang datang saat Kuliah Dhuha dan Kajian Malam rutin dari Senin hingga Kamis setiap pekan.
Jangkauan jemaah Masjid ini telah merambah ke wilayah Asia Tenggara. Banyak juga tamu dari sejumlah negara yang sudah berkunjung ke masjid ini untuk studi banding manajemen keuangan dan teknis.
”Mantan Perdana Menteri Inggris David Cameron pernah berkunjung. Dia sempat membahas pentingnya toleransi memerangi ancaman global,” ujar Sekretaris Eksekutif Masjid Agung Sunda Kelapa Izzudin Syamma kepada harian Kompas 2018 lalu.
Di masjid ini pula Abdurrahman Wahid, presiden keempat RI, kerap datang. Sepertinya itu menjadi bukti bahwa masjid ini juga kerap dijadikan tempat pertemuan tokoh bangsa untuk membahas masalah negara.
Tidak seperti masjid-masjid pada umumnya, Masjid Agung Sunda Kelapa tidak memiliki kubah. Atapnya terbuat dari beton datar dan di kedua sisi ujung terdapat lengkungan yang menyerupai kapal.
Filosofi pembangunan masjid ini memang bertumpu pada Pelabuhan sunda Kelapa yang terkenal sebagai perlintasan perahu para pelancong.
”Ini yang membuat Masjid Agung Sunda Kelapa berbeda, karena filosofinya memang bertumpu pada Pelabuhan Sunda Kelapa yang sudah terkenal menjadi perlintasan perahu para pelancong atau nelayan,” ujar Izzudin.
Baca juga: Masjid Agung Sunda Kelapa dan Makna di Balik Atap Berbentuk Perahu
Arsitektur masjid ini memang dibuat terbuka, dan elegan. Ini bisa dilihat dari bentuk bangunan, baik itu di pintu, gerbang, maupun jendela.
Di gerbang utama, pengunjung langsung disuguhi gapura indah berukir kaligrafi Arab berwarna emas kombinasi putih bertuliskan ”Masjid Agung Sunda Kelapa”.
Kisah yang melekat pada Masjid Agung Sunda Kelapa membuat masjid ini bisa disebut merepresentasikan Islam yang demokratis, progresif, moderat, toleran, dan inklusif.
(Kompas.com: Ihsanuddin/Kompas: Neli Triana)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.