JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan potensi curah hujan tertinggi di DKI Jakarta akan berlangsung pada Desember 2022 hingga Februari 2023
"Pada periode tersebut, ada potensi bencana hidrometrologi berupa banjir, tanah longsor, dan angin kencang di Jakarta dan sekitarnya," kata Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono.
Ia menyampaikan hal tersebut saat memberi laporan pada apel Kesiapsiagaan Nasional Menghadapi Bencana Hidrometeorologi Tahun 2022/2023 di Buperta Cibubur, Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (9/11/2022).
Bencana hidrometeorologi merupakan bencana akibat aktivitas cuaca, seperti siklus hidrologi, curah hujan, temperatur, angin, dan kelembapan.
Baca juga: Bersiap Hadapi Bencana Hidrometeorologi, Heru Budi: Pastikan Tidak Ada Korban Jiwa!
Bentuk bencana hidrometeorologi berupa kekeringan, banjir, badai, kebakaran hutan, longsor, angin puyuh, gelombang dingin, hingga gelombang panas.
Heru memastikan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi bencana hirodmeteorologi.
Beberapa upaya tersebut antara lain melakukan pengecekan drainase, pengerukan waduk, pengecekan pompa-pompa, pematangan sistem peringatan dini, serta kesiapan personel dan peralatan penanggulangan bencana.
Selain itu, Pemprov DKI juga akan memastikan sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk TNI, Polri, dan relawan.
Baca juga: Peringatan Dini Bencana DKI Pakai Pengeras Suara dan SMS Blast, Begini Cara Kerjanya
"Terdapat dua prioritas penanganan bencana di DKI Jakarta, yakni memastikan tidak ada korban jiwa dan mempercepat pemulihan agar kondisi segera kembali normal," kata Heru.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BNPB Letnan Jenderal Suharyanto mengatakan, dari Januari hingga November 2022, Indonesia sudah mengalami 3.207 kali bencana.
Dari seluruh bencana yang terjadi, sebanyak 95 persen di antaranya didominasi hidrometeorologi basah, seperti banjir dan tanah longsor.
BMKG memperkirakan wilayah Indonesia saat ini berada pada kategori curah hujan menengah hingga tinggi dan intensitas bencana alam akan diperkirakan semakin meningkat.
Baca juga: Ikut Apel Bareng Menko PMK, Heru Budi Sebut Jakarta Bersiap Hadapi Bencana Hidrometeorologi
Hal ini terkait dengan akibat perpaduan musim hujan dan La Nina.
La Nina sendiri adalah fenomena mendinginnya suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur di bawah kondisi normalnya.
Agar dapat fokus dalam melakukan berbagai upaya mengantisipasi bencana hidrometrologi, Heru meminta wali kota hingga lurah di wilayah adminstratif Jakarta menunda cuti hingga Februari 2023.
Permintaan ini tertuang dalam Surat Edaran (SE) e-0025/SE/2022 tentang Penundaan Cuti Tahunan Selama Musim Penghujan.
Baca juga: 9 Sapi Mati Disambar Petir, Abdul: Sudah Puluhan Tahun Saya Rawat Seperti Anak Sendiri
SE itu ditandatangani oleh Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Jakarta Maria Qibtya pada 20 Oktober 2022.
Dalam poin pertama, Kepala Perangkat Daerah/Biro Sekretariat Daerah (Setda) DKI diminta menunda cuti tahunan.
Pada poin salanjutnya para wali kota se-DKI dan Bupati Pulau Seribu agar mengistruksikan para wakil wali kota, wakil bupati, sekretaris kota/kabupaten, camat, lurah, dan pejabat lain di bawah mereka untuk menunda cuti tahunan.
Poin ketiga menegaskan bahwa penundaan cuti hanya dilaksanakan hingga Februari 2023.
Adapun poin terakhir menegaskan bahwa penundaan cuti tahunan ini tak menghapuskan hak cuti tahunan dan bisa dipakai untuk tahun berikutnya.
(Penulis: Nirmala Maulana Achmad, Muhammad Naufal/Editor: Ambaranie Nadia Kemala Movanita)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.