Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Orangtua Siswa, DPRD Depok Minta Trotoar Penghalang Akses SDN Pondok Cina 1 Dibongkar

Kompas.com - 11/11/2022, 18:15 WIB
M Chaerul Halim,
Nursita Sari

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Komisi D DPRD Kota Depok disebut meminta revitalisasi trotoar Jalan Margonda yang menghalangi akses SDN Pondol Cina 1, Beji, dibongkar.

Hal itu diungkapkan koordinator perwakilan orangtua murid SDN Pondok Cina Ecy Tuasikal berdasarkan rekomendasi Komisi D DPRD Kota Depok.

Sebagai informasi, rekomendasi itu dikeluarkan setelah Komisi D menggelar audiensi bersama Dinas Pendidikan dan para orangtua murid di Ruang Komisi D DPRD Kota Depok pada Jumat (11/11/2022).

"Trotoar itu harus dibongkar supaya ada akses jalan masuk seperti yang mana kemarin sudah dicor itu harus dibongkar," kata Ecy kepada wartawan, Jumat.

Baca juga: Siswa SDN Pondok Cina 1 Akhirnya Bisa Kembali Bersekolah Pekan Depan

Selain itu, Ecy mengatakan, Komisi D juga merekomendasikan para siswa untuk kembali mengikuti pembelajaran di SDN Pondok Cina 1.

"Rekomendasinya, anak-anak mulai hari Senin bisa bersekolah seperti biasa di SDN Pondok Cina 1," kata Ecy.

Ecy mengatakan, jika bersikukuh mengalihfungsikan lahan tersebut menjadi masjid agung, Pemkot Depok seharusnya menyiapkan terlebih dahulu bangunan sekolah yang baru.

"Kalau memang anak-anak harus bersekolah di tempat lain, setidaknya sekolah (pengganti) dibangun dulu, baru kemudian siswa ini dipindahkan," imbuh dia.

Baca juga: Detik-detik Kadisdik Depok Kabur Lewat Belakang, Hindari Protes Orangtua Murid SDN Pondok Cina 1

Sebelumnya, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Depok Citra Indah Yulianty memberi penjelasan soal revitalisasi trotoar di Jalan Margonda yang menghalangi akses masuk ke SDN Pondok Cina 1.

Usai direvitalisasi, permukaan trotoar menjadi jauh lebih tinggi dibandingkan lahan SDN Pondok China 1.

Di sisi lain, tangga yang menjadi akses masuk ke gerbang sekolah masih dalam proses pembangunan.

Menurut Citra, beda tinggi itu bukanlah sebuah persoalan. Pasalnya, sekolah sudah dalam keadaan kosong alias tidak ada kegiatan belajar mengajar saat ini.

"Harusnya siswa/i sekolah itu sudah belajar dari rumah," ujar Citra melalui pesan singkatnya kepada Kompas.com, Rabu (9/11/2022).

Baca juga: Anaknya Bisa Kembali Bersekolah di SDN Pondok Cina 1, Sejumlah Orangtua Murid Menangis Haru

Citra menjelaskan, Pemerintah Kota Depok sebelumnya telah memutuskan bahwa lahan tempat sekolah itu berdiri akan dialihfungsikan menjadi masjid agung.

Melalui surat dari Dinas Pendidikan Kota Depok tanggal 4 November 2022, seluruh perangkat sekolah pun harus mulai mempersiapkan kepindahan kegiatan belajar mengajar.

Siswa kelas 1, 2, dan 6 dipindahkan ke SDN Pondok Cina 5, sedangkan siswa kelas 3, 4, dan 5 dipindahkan ke SDN Pondok Cina 3.

"(Per 4 November) sudah pindah ke lokasi lain," ujar Citra.

Oleh sebab itu, Citra menegaskan, pembangunan trotoar yang memiliki beda tinggi dengan area sekolah bukanlah kesalahan Pemerintah Kota Depok.

"Tidak menyalahi aturan seperti itu," lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com