JAKARTA, KOMPAS.com - Guna menekan penyebaran virus corona subvarian Omicron BF.7, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mulai memperketat pemeriksaan kasus positif COVID-19.
Langkah ini perlu dilakukan setelah ditemukannya lima kasus COVID-19 subvarian Omicron BF.7.
"Upaya yang dilakukan mengencangkan 'surveilans whole genome sequencing' pada kasus positif," kata Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI, Ngabila Salama, di Jakarta, dikutip dari Antara, Jumat (30/12/2022).
BF7 sendiri merupakan singkatan dari BA.5.2.1.7 yang masih turunan dari varian omicron BA.5.
Baca juga: Dinkes DKI: Cepat atau Lambat, Omicron BF.7 Akan Masuk Indonesia
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menjelaskan, "whole genome sequencing" (WGS) adalah metode pemeriksaan yang digunakan untuk melihat karakteristik virus secara genetik.
Seluruh genom atau paling tidak seluruh atau sebagian gen-S harus disekuensing untuk identifikasi varian spesifik.
Kemenkes menyampaikan bahwa metode itu membutuhkan sumber daya tinggi, baik dari segi alat atau teknologi maupun sumber daya manusia.
Selain itu, metode tersebut juga membutuhkan waktu pemeriksaan yang lama, yakni sekitar empat hingga tujuh tergantung protokol yang digunakan.
Baca juga: 2 Kasus Covid-19 Varian Omicron BF.7 Ditemukan di Jakarta, Kedua Pasien Sudah Sembuh
Untuk pemeriksaan WGS di Jakarta, ini dilakukan di Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI).
"Dengan surveilans WGS kami dapat memprediksi kemungkinan dominansi untuk estimasi puncak kasus dan penurunan kasus," kata Ngabila.
Meski begitu, pihaknya tetap melakukan pemeriksaan, pelacakan, dan perawatan (3T) untuk mempercepat penanganan penyebaran varian baru COVID-19.
Terkait dengan adanya subvarian Omicron BF.7, masyarakat diimbau tidak panik, tetapi tetap menerapkan protokol kesehatan dan melengkapi vaksinasi COVID-19.
Baca juga: Menkes Sebut Covid-19 Subvarian BF.7 Hadir di RI, Sudah Ada 15 Kasus
"Apa pun variannya tidak perlu panik, semua akan terkendali dengan mempertahankan cakupan vaksinasi 'booster' yang tinggi untuk mempertahankan tingginya imunitas penduduk," tutur Ngabila.
Sebelumnya Kemenkes mencatat 15 temuan kasus BF.7 di Indonesia hingga Kamis (29/12). Dari 15 temuan kasus itu, lima di antaranya ditemukan di Jakarta.
Karena itu, Dinkes DKI melakukan penelusuran kontak erat dari lima temuan kasus BF.7 itu.
Lima kasus BF.7 di Jakarta diketahui terjadi pada tiga orang laki-laki dan dua perempuan dengan rentang usia 30-50 tahun dan ada berusia lansia 60-63 tahun.
Baca juga: Subvarian Omicron BF.7 Muncul di RI, Kemenkes: Belum Ada Tanda Peningkatan
Kelima orang tersebut sebelumnya positif COVID-19 pada periode tes usap PCR 20 Oktober-12 November 2022.
Semua temuan kasus itu bergejala ringan yang didominasi demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan ada yang anosmia atau sulit mencium bau, mengeluhkan nyeri perut, mual dan muntah.
"Tidak ada riwayat perjalanan ke luar negeri atau luar kota. Isolasi mandiri di rumah dan semua sudah dinyatakan sembuh setelah 10 hari isolasi," pungkas Ngabila.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.