TANGERANG, KOMPAS.com- Sekretaris MUI Kabupaten Tangerang Nur Alam mengatakan, aktivitas ritual sesat di Desa Cibugel, Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang sudah berlangsung cukup lama.
"Kalau tidak salah, sudah hampir satu tahun, dan baru terdeteksi akhir-akhir ini," ujar Nur saat dikonfirmasi, Kamis (16/2/2023).
Menurut Nur, aktivitas ritual sesat di Desa Cibugel ini baru ketahuan setelah salah satu pengikutnya terdeteksi di daerah Kecamatan Balaraja.
Meskipun sudah melakukan penelusuran, pengkajian dan investigasi, Nur mengaku, pihaknya masih terus mendalami berbagai hal terkait ritual sesat ini.
Sementara itu, pihak MUI juga belum bisa memastikan seberapa banyak jumlah pengikut dari ritual sesat ini.
Baca juga: Fakta ‘Ritual Sesat’ di Cibugel Tangerang, Ada Makam Palsu hingga Ajaran Tak Sesuai Kaidah
Berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan oleh MUI Kabupaten Tangerang, aktivitas yang dilakukan sekelompok orang di bawah pimpinan Aliyudin itu adalah ritual yang sesat.
Kelompok Aliyudin dinyatakan bukan aliran sesat. Hanya saja aktivitas atau kegiatan yang dijalaninya, tidak sesuai dengan syariat islam.
Adapun video yang menunjukkan kegiatan sekelompok orang di Desa Cibugel tersebut beredar melalui pesan berantai.
Video berdurasi 18 detik itu memperlihatkan adanya ritual di sebuah makam, yang disebut aliran sesat oleh masyarakat setempat.
Dalam video itu terlihat sejumlah orang, pria dan wanita, duduk mengelilingi sebuah makam di sebuah ruangan.
Baca juga: Ritual Sesat di Desa Cibugel Tangerang, MUI: Mereka Berdoa di Makam Palsu
Ada pula seekor anjing hitam di sana. Orang-orang yang berada di situ terdengar membacakan doa-doa.
Beredar pula isu di tengah warga setempat bahwa para peziarah yang ingin turut serta dalam ritual sesat itu harus dijilat terlebih dahulu oleh seekor anjing hitam tadi.
Terkait para pengikut yang harus dijilat dahulu oleh anjing hitam itu telah dikonfirmasi merupakan informasi yang keliru.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.