Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bermacam Siasat Penumpang Atasi Padatnya Stasiun Transit, Dari Pilih Gerbong "Terbaik" Sampai Alih Stasiun

Kompas.com - 14/04/2023, 19:07 WIB
Ivany Atina Arbi

Editor

Sumber Kompas.id

JAKARTA, KOMPAS.com - Semakin parahnya kepadatan penumpang di moda transportasi kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek tak dapat dipungkiri.

PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mencatat, rata-rata jumlah volume pengguna minggu ini (periode 2-8 April), sebanyak 543.602 orang.

Angka ini naik 6 persen jika dibandingkan rata-rata minggu sebelumnya, yakni sebanyak 513.170 orang.

PT KCI juga mencatat, pengguna KRL pada hari kerja terfokus pada jam-jam sibuk pagi, yaitu pukul 05.30-07.30 serta pada jam-jam sibuk sore, mulai pukul 16.00-18.00.

Pada akhirnya, para penumpang berlomba mengatur siasat untuk menghindari "siksaan" kepadatan stasiun transit, terutama pada jam-jam sibuk.

Baca juga: Momen Andre Rosiade Berdesak-desakan Naik KRL ke Gedung DPR pada Jam Sibuk

Pilih gerbong "terbaik"

Yogie Alvian (28), pekerja asal Tangerang Selatan, menuturkan kepada Kompas.id, saat hendak turun di stasiun transit, ia akan mencari gerbong kereta dengan pintu yang berhadapan langsung dengan tangga.

Dengan begitu, ia dapat langsung menuju tangga stasiun untuk berganti peron. "Saya selalu pilih gerbong yang memang berhenti di depan tangga peron," kata dia.

Jika Yogie memilih dengan siasat dengan ”pintu gerbong terbaik”, beda halnya dengan Putri Patricia (21), mahasiswi asal Bogor yang berkuliah di salah satu kampus di daerah Sudirman, Jakarta Pusat.

Hampir setiap hari dia harus naik KRL dari Stasiun Bogor lalu transit di Stasiun Manggarai kemudian berlanjut menuju ke Stasiun Sudirman. Hal tersebut juga biasa dia lakukan saat pulang kuliah.

”Biasanya dapat jam sibuk di KRL saat sore saja. Soalnya, kalau pagi itu berangkatnya lebih siang, karena jadwal kuliah lebih fleksibel,” ujar Putri.

Baca juga: BPKP Tak Restui Impor KRL Bekas, Luhut Bakal Gelar Rapat Lagi

Cari rute lain

Adapun saat pulang di sore hari, jika sudah menunjukkan jam sibuk, Putri lebih memilih untuk mencari rute lain.

Alih-alih naik dari Stasiun Sudirman lalu transit di Stasiun Manggarai, ia lebih memilih memulai perjalanan dari Stasiun Gondangdia, Jakarta Pusat.

Putri rela merogoh koceknya, Rp 15.000-Rp 20.000 untuk menggunakan jasa ojek terlebih dahulu dari kampusnya menuju stasiun.

"Kalau dari sana, kereta lebih lowong. Meskipun nantinya bakal penuh sesak juga saat transit di Manggarai, saya bisa memilih lokasi duduk atau berdiri yang sedikit lebih nyaman,” tutur Putri.

Siasat serupa juga dilakukan Ririn (24), warga Depok yang bekerja di kawasan Karet, Jakarta Pusat.

Baca juga: BPKP Sebut KRL Masih Memadai Tampung Penumpang, Warga: Coba Rasakan Naik pada Jam Sibuk!

Ririn yang sedang hamil lebih memilih turun ke Stasiun Cikini kemudian berlanjut dengan jasa ojek daring ke kantornya.

Ia memilih siasat tersebut karena enggan berdempetan-dempetan saat jam sibuk. Apalagi dengan bahaya pelecehan dan pencurian barang, ia memilih mengeluarkan biaya lebih.

Di tengah kepadatan yang kian parah ini, sejumlah penumpang tetap memaksa menggunakan KRL melalui stasiun transit.

”Pilihan lainnya mau naik bus, pasti lebih lama. Kemungkinan tetap padat juga. Paling masuk akal naik ini (KRL)," kata Kevin Zung (22), penumpang asal Bogor yang bekerja di kawasan Tanah Abang.

"Biasanya kalau kereta terdekat penuh, tunggu kereta selanjutnya, biasanya sedikit ada space,” lanjutnya.

Baca juga: BPKP Sebut KRL Masih Memadai Tampung Penumpang, Warga: Coba Rasakan Naik pada Jam Sibuk!

Berharap solusi dari pemerintah

Kendati Yogie, Putri, Ririn, Kevin, dan sejumlah penumpang lainnya punya siasat, mereka tetap berharap ada solusi dari pemerintah.

Kekhawatiran mereka kian bertambah dengan wacana bakal pensiunnya puluhan gerbong KRL.

Di sisi lain, PT KCI menganjurkan penumpang dapat menggunakan aplikasi C-Access untuk melihat jadwal perjalanan, posisi secara real time, dan memantau kepadatan stasiun.

Berdasarkan data Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), pada 2019, PT KCI dapat melayani 336,3 juta penumpang dengan 1.078 gerbong.

Setelah pandemi pada 2023, jumlah penumpang menurun jadi 293,6 juta, sementara jumlah gerbong kereta naik menjadi 1.114, dengan okupansi tahunan 62,75 persen.

Baca juga: Tak Terima Ditegur karena Merokok, Seorang Pria Mengamuk ke Petugas KRL di Stasiun Sudirman

PT KCI sempat berencana mengimpor 29 rangkaian kereta (train set) yang terdiri dari 348 gerbong dari East Japan Railway Company (JR-East) untuk menggantikan rangkaian-rangkaian yang sudah dioperasikan nonstop 15 tahun terakhir.

Kendati demikian rencana tersebut tidak didukung oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves)

Overload memang terjadi pada peak hour (puncak keramaian), bisa mencapai di atas 900.000 (penumpang)," kata Deputi Bidang Koordinasi Pertambangan dan Investasi Kemenkomarves Septian Hario Seto dikutip harian Kompas, Kamis (6/4/2023).

"Tapi, ini masih lebih kecil dibandingkan 2019, di mana rata-rata penumpang (saat peak hour) adalah 1,1 juta (penumpang),” lanjutnya.

Berita ini telah terbit di laman Kompas.id dengan judul: "Siasat Penumpang KRL Mengatasi Kepadatan di Stasiun Transit"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usahanya Ditutup Paksa, Pemilik Restoran di Kebon Jeruk Bakal Tempuh Jalur Hukum jika Upaya Mediasi Gagal

Usahanya Ditutup Paksa, Pemilik Restoran di Kebon Jeruk Bakal Tempuh Jalur Hukum jika Upaya Mediasi Gagal

Megapolitan
Aktor Utama Pabrik Narkoba di Bogor Masih Buron, Polisi: Sampai Lubang Semut Pun Kami Cari

Aktor Utama Pabrik Narkoba di Bogor Masih Buron, Polisi: Sampai Lubang Semut Pun Kami Cari

Megapolitan
Polisi Amankan 8 Orang Terkait Kasus Pembacokan Remaja di Depok, 4 Ditetapkan Tersangka

Polisi Amankan 8 Orang Terkait Kasus Pembacokan Remaja di Depok, 4 Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Bukan Melompat, Disdik DKI Sebut Siswa SMP Jaksel Terpeleset dari Lantai 3

Bukan Melompat, Disdik DKI Sebut Siswa SMP Jaksel Terpeleset dari Lantai 3

Megapolitan
Insiden Siswa SMP Lompat dari Lantai 3, KPAI Minta Disdik DKI Pasang Sarana Keselamatan di Sekolah

Insiden Siswa SMP Lompat dari Lantai 3, KPAI Minta Disdik DKI Pasang Sarana Keselamatan di Sekolah

Megapolitan
3 Saksi Diperiksa Polisi dalam Kasus Dugaan Penistaan Agama yang Jerat Pejabat Kemenhub

3 Saksi Diperiksa Polisi dalam Kasus Dugaan Penistaan Agama yang Jerat Pejabat Kemenhub

Megapolitan
Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Matraman

Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Matraman

Megapolitan
Disdik DKI Bantah Siswa di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Dirundung

Disdik DKI Bantah Siswa di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Dirundung

Megapolitan
BNN Masih Koordinasi dengan Filipina Soal Penjemputan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass

BNN Masih Koordinasi dengan Filipina Soal Penjemputan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass

Megapolitan
Polisi Minta Keterangan MUI, GBI, dan Kemenag Terkait Kasus Dugaan Penistaan Agama Pendeta Gilbert

Polisi Minta Keterangan MUI, GBI, dan Kemenag Terkait Kasus Dugaan Penistaan Agama Pendeta Gilbert

Megapolitan
Walkot Depok: Bukan Cuma Spanduk Supian Suri yang Kami Copot...

Walkot Depok: Bukan Cuma Spanduk Supian Suri yang Kami Copot...

Megapolitan
Satpol PP Copot Spanduk Supian Suri, Walkot Depok: Demi Allah, Saya Enggak Nyuruh

Satpol PP Copot Spanduk Supian Suri, Walkot Depok: Demi Allah, Saya Enggak Nyuruh

Megapolitan
Polisi Bakal Panggil Indonesia Flying Club untuk Mengetahui Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Polisi Bakal Panggil Indonesia Flying Club untuk Mengetahui Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Megapolitan
Siswi SLB di Jakbar Dicabuli hingga Hamil, KPAI Siapkan Juru Bahasa Isyarat dan Pendampingan

Siswi SLB di Jakbar Dicabuli hingga Hamil, KPAI Siapkan Juru Bahasa Isyarat dan Pendampingan

Megapolitan
Ada Pembangunan Saluran Penghubung di Jalan Raya Bogor, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Ada Pembangunan Saluran Penghubung di Jalan Raya Bogor, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com