Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Penumpang Bus Masih Belum Pulih sejak Covid-19, Masih Sedikit"

Kompas.com - 16/04/2023, 21:10 WIB
Nabilla Ramadhian,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sedikitnya jumlah penumpang masih dikeluhkan sopir yang mengangkut penumpang jarak jauh.  

Nanang (60), seorang sopir bus PO Lana Jaya, mengungkapkan, jumlah penumpang yang diangkutnya belum pulih usai dilanda Covid-19.

Adapun bus yang dibawa Nanang adalah jurusan Sukabumi-Kampung Rambutan pergi-pulang (PP).

"Penumpang masih belum pulih sejak Covid-19. Masih sedikit. Dari Sukabumi kadang 15 orang per hari, dari Jakarta Timur kadang 10 orang per hari," kata Nanang di Terminal Kampung Rambutan, Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (16/4/2023).

Baca juga: Cerita Sopir Bus Jurusan Kampung Rambutan-Sukabumi: Saya Takut Sama Pengendara Motor

Sementara pada 2019 ke bawah, atau sebelum Covid-19, bus yang disopiri Nanang bisa mengangkut 25-30 orang per hari baik yang menuju Sukabumi maupun sebaliknya.

Dengan sedikitnya jumlah penumpang, hal ini memengaruhi pendapatannya. Apalagi, bus yang dia bawa menggunakan sistem setoran.

"Memang ditarget ada setoran, tapi beberapa saja kalau lagi ada," terang Nanang.

Sebagai contoh, apabila Nanang dan kondektur menghasilkan Rp 300.000 dari Sukabumi-Kampung Rambutan PP, mereka akan membagi dengan Rp 200.000 untuk setoran, dan Rp 100.000 dibagi dua, untuk Nanang dan kondektur.

Baca juga: Bus Baru PO Dunia Mas, Bus ke Bima yang Pakai Sofa

Terkadang, pendapatan yang diperoleh hanya cukup untuk makan diri pribadinya dan tak ada yang bisa dibawa pulang.

"Saya enggak ada pekerjaan selain jadi sopir bus untuk pendapatan sehari-hari. Kalau pas libur tapi ada sampingan dari nyopirin mobil tetangga," jelas Nanang.

Nanang pun pernah mengantar tetangganya, mulai dari Jakarta, Bandung, Citeureup, Wonosobo, Purwokerto, dan Pekalongan. Upah dari jasa ini, bisa membantu perekonomian keluarganya.

"Untuk pendapatan sehari-hari, alhamdulillah saya terbantu dari tiga anak saya yang sudah pada kerja," ucap Nanang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Megapolitan
Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Megapolitan
Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Megapolitan
Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Megapolitan
Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Megapolitan
Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Megapolitan
Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Megapolitan
Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Megapolitan
Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal 'Study Tour', Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal "Study Tour", Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Megapolitan
Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Megapolitan
KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

Megapolitan
Mau Bikin 'Pulau Sampah', Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Mau Bikin "Pulau Sampah", Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Megapolitan
Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Megapolitan
Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com