JAKARTA, KOMPAS.com - Lupi (60) dan Bakar (77) sangat bersyukur. Meskipun hanya bekerja sebagai pengayuh ojek sampan, mereka mampu menyekolahkan anak-anak hingga tamat.
Ketika Kompas.com menjumpai di sela aktivitasnya, Rabu (26/4/2023) sore, mereka pun bercerita tentang suka duka menjadi ojek sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara.
Bakar mengaku, berprofesi sebagai ojek sampan sejak ia berusia sekitar 19 tahun.
"Saya sudah sejak 1965," kata Bakar.
"Kalau saya sudah 30 tahunan ada di sini," timpal Lupi.
Bakar ingat betul, era '60-an, harga per orang untuk bisa menaiki sampannya, yakni 50 perak. Seiring dengan waktu, ia menaikkan tarif hingga menjadi Rp 50.000 per orang saat ini.
Di tengah jumlah penumpang yang tidak menentu per harinya, Bakar dan Lupi tak lupa untuk menyisihkan uang hasil mengayuh ojek sampan untuk keperluan pendidikan anak.
Lupi memiliki empat orang anak. Sekarang mereka sudah menikah semua. Bahkan, Lupi sudah dikarunai beberapa orang cucu.
Sedangkan Bakar memiliki lima orang anak. Sama seperti Lupi, anak Bakar sudah menikah semuanya. Bakar juga sudah memiliki cucu.
Kehidupan anak-anak Lupi dan Bakar, termasuk soal pendidikannya, bersumber dari setiap kayuhan sampan.
"Anak saya empat. Laki dua, perempuan dua. Mereka sekolah sampai SMK semua," tutur Lupi sembari tersenyum bangga.
Baca juga: Kisah Lupi dan Bakar, Jadi Ojek Sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa Selama Lebih dari 30 Tahun
Bakar kemudian menimpali, "kalau saya ada tujuh. Lima anak masih hidup, dua meninggal. Ya semuanya alhamdulilah sudah berhasil, sudah punya anak semua".
Bahkan, ada salah satu anak Bakar yang tidak hanya menamatkan jenjang pendidikan setara SMA, melainkan tamat dari perguruan tinggi jurusan teknik mesin.
Bakar merasa beruntung karena sang anak tidak bergantung pada orangtua. Sang anak juga mencari uang tambahan dengan bermain musik. Ia sering tampil di berbagai pagelaran musik.
Lupi dan Bakar kini masih setia pada profesi yang menghantarkan keluarganya menuju ke kehidupannya masing-masing.
Mereka tidak tahu kapan akan berhenti mengayuh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.