JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak pernah terbayangkan dalam benak Maria Cornelia Kuryati Sanu (75) bakal kehilangan anaknya Stevanus Sarintus Antonius Sanu di usia yang masih sangat belia.
Stevanus Sanu, menjadi salah satu korban peristiwa pembakaran Mal Yogya Plaza Klender—kini bernama Cipaz Klender—pada kerusuhan Mei 1998 lalu, saat ia masih berusia 16 tahun.
Peristiwa itu meninggalkan luka yang sangat dalam bagi Maria meski sudah 25 tahun berlalu.
Air mata dan bayang-bayang wajah anak kedelapannya itu terus menghantui saat Maria menceritakan tragedi itu kepada Kompas.com, Rabu (17/5/2023).
"Salah (Stevanus) apa? Saya yang mengandung, melahirkan, merawat, dan mendidik. Tapi, dibakar begitu saja, semena-mena. Apa kesalahan anak saya," kata Maria dengan suara yang bergetar.
Baca juga: Tragedi Kebakaran Mal Klender 1998
Suatu pagi yang cerah di sebuah rumah kawasan Perumnas Klender, Malaka Sari, Duren Sawit, Jakarta Timur, Maria dan ke-10 anaknya tengah berkumpul sambil menikmati tayangan televisi.
Saat itu, suasana terasa seperti biasa saja walau sudah tersiar kabar tentang 4 mahasiswa Trisakti tewas ditembak pada 12 Mei, saat berdemonstrasi menuntut Presiden Soeharto segera lengser dari jabatannya.
Stevanus terlebih dulu menjalankan kewajibannya untuk mencuci baju sebelum akhirnya melangkah ke luar rumah tanpa memberitahu Maria.
Remaja yang duduk di bangku kelas 2 SMP itu lalu bermain bola bersama teman sebayanya di halaman Masjid Hifzul Amanah.
Lokasinya tidak jauh, kira-kira hanya 10 meter dari rumah Maria. Dari kediamannya, Maria biasanya hanya melongok ke luar rumah untuk memantau Stevanus.
Azan Zuhur tiba, Stevanus dan teman-temannya harus berhenti karena orang yang hendak menunaikan ibadah akan segera datang.
Di sisi lain, Maria menyadari Stevanus tidak ada di rumah.
Sontak, dia menghampiri halaman Masjid Hifzul Amanah untuk mencari anaknya.
"Oma tanya, 'kamu lihat Stevanus enggak?', 'Stevanus ke Yogya Klender', 'Ada apa?, 'Katanya ada tawuran'," tutur Maria meniru percakapannya dengan salah satu teman Stevanus.
Baca juga: 25 Tahun Hilangnya Sang Aktivis 1998, Herman Hendrawan dan Petrus Bima Anugerah
Berdasarkan penuturan teman Stevanus, Stevanus pergi ke Mal Yogya Klender seorang diri.
Mengetahui hal tersebut, Maria hanya bisa menggelengkan kepala sambil menepuk jidat.
Dia sadar bahwa Stevanus merupakan anak dengan rasa ingin tahu tinggi sehingga tak heran Stevanus nekat pergi ke sana begitu mendengar ada tawuran.
Maria akhirnya memutuskan kembali ke rumah.
Ia bersiap pergi ke Pasar Perumnas Klender di Jalan Teratai Putih Raya, Malaka Sari, Duren Sawit, Jakarta Timur, hendak membeli obat untuk dua adik Stevanus.
Di tengah perjalanan, Maria yang akrab disapa Oma Sanu ini bertemu dengan tetangga yang memperingatinya agar tidak pergi karena Pasar Perumnas Klender tengah dijarah.
Tetapi, Maria penasaran dan tetap menyambanginya. Terlebih, dia harus membeli obat untuk kedua anaknya.