"Tahu (karena dipengaruhi cuaca). Makanya orangtuanya juga, termasuk saya, neneknya, menyarankan mereka banyak minum, tapi bukan minum es. Karena ketika banyak minum itu, lumayan berkurang sakitnya," kata Yuni.
"Berarti kan tenggorokannya itu kering. Karena kalau kering, ini mereka sensitif, akhirnya iritasi tenggorokannya," ucap dia lagi.
Situs IQAir menyatakan, kualitas udara di Jakarta pada Selasa (6/6/2023) terburuk di dunia. Data itu merupakan data yang diperbarui pada pukul 07.00 WIB.
Menurut data dari situs tersebut, indeks kualitas udara di Jakarta berada di angka 157 dengan polutan utamanya yakni PM 2,5 dan nilai konsentrasi 67 µg/m³ (mikrogram per meter kubik).
"Konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini 13.4 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO," demikian keterangan dari situs IQAir.
Masih dari situs IQAir, angka kualitas udara di Jakarta itu didapat dari 22 kontributor, termasuk dari PurpleAir, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), AirNow, dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Hingga Senin (5/6/2023) pukul 07.25 WIB, Jakarta masih menempati posisi pertama.
Sementara untuk posisi kedua ada Kota Hanoi di Vietnam yang memiliki indeks kualitas udara 152 dan posisi ketiga ada Kota Doha di Qatar yang memiliki indeks kualitas udara 146.
Situs IQAir juga memberi beberapa saran agar warga terlindung dari polusi udara.
Saran itu antara lain, warga bisa memakai masker apabila sedang di luar, menyalakan penyaring udara (air purifier), menutup jendela untuk menghindari udara yang kotor, dan menghindari aktivitas di luar ruangan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.