Menurut dia, hal ini jelas menjadi ironi karena sejak awal PSI memosisikan diri sebagai parpol anak muda.
"Tidak pas semestinya dilakukan oleh partai yang katanya mengusung partai yang baru, modern, tapi kok begini gayanya," tutur dia.
"Lebih jadul daripada partai lama. Partai lama malah enggak berani mengusung orang lain," lanjut Efriza.
PSI juga dinilai hanya berupaya meningkatkan elektabilitas dengan mendompleng nama putra Presiden Joko Widodo.
PSI dinilai sengaja mendorong Kaesang maju sebagai calon wali kota guna meningkatkan elektabilitas partai itu untuk meraup suara maksimal pada pemilihan legislatif Kota Depok 2024.
"Mereka (PSI) mendompleng popularitas dari Kaesang. Tujuannya, tentu saat ini adalah mendompleng Pileg (Kota Depok 2024)," ucap Efriza.
Baca juga: Dompleng Kaesang, PSI Dinilai Lebih Jadul dari Parpol Lama
Setelah popularitasnya naik, perolehan kursi PSI di DPRD Kota Depok bisa lebih tinggi daripada saat ini. Dengan demikian, PSI akan menjadi parpol yang diperhitungkan di Kota Depok.
Adapun PSI saat ini hanya memiliki satu kader yang menjadi anggota DPRD Kota Depok periode 2019-2024.
"Seandainya Pileg (Kota Depok 2024) dia (PSI) dapat kursi naik, itu otomatis bisa diperhitungkan," tutur Efriza.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) DPD PSI Kota Depok Icuk Pramana Putra mengaku tak masalah strategi partainya disebut "jorok" dan jadul.
Menurut, dia semua partai politik melakukan hal yang sama.
"Saya rasa boleh saja dikatakan demikian, bukankah semua partai politik melakukan hal yang sama, hanya saja mungkin PSI lebih terlihat diuntungkan kali ini," kata Icuk saat dihubungi, Rabu (14/6/2023).
Meskipun demikian, Icuk menyatakan, partainya mendukung Kaesang maju Pilkada Depok 2024 semata-mata demi kemajuan kota tersebut.
"Niat kami di awal adalah memastikan kemajuan Kota Depok yang saat ini stagnan," ujar dia.
Sebelum pengamat menyebut PSI sebagai parpol "jorok", PDI-P Depok terlebih dahulu mengkritik PSI.