LH tahun ajaran yang lalu baru saja lulus hendak melanjutkan ke jenjang pendidikan SMA.
"Dia pengin anak nomor dua melanjutkan sekolahnya. Saya bilang, 'ya sudah enggak apa-apa sampai lulus SMP'. Nah, dia penginnya diteruskan ke SMA," ungkap Yati.
“Setiap bulannya, Kartu Jakarta Pintar (KJP) kan diambil sama gurunya untuk bayar sumbangan pembinaan pendidikan (SPP). Nah, dapatnya cuma uang jajan doang," imbuh dia.
Baca juga: Aksi Nekat Pria di Tanjung Priok Tusukkan Pisau ke Perut, Sempat Mengeluh Sakit Lambung
Yati mengatakan, setiap bulannya, uang yang diterima dari KJP senilai Rp 250.000.
Jumlah tersebut tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan pendidikan anak AH.
Selain masalah ekonomi, kata Yati, AH sebelumnya mengeluhkan sakit pada lambungnya.
"Tadinya sakit lambung, dia mengeluh. Mungkin kesal ya, kesal sama penyakit, belum lagi biaya sekolah anak yang semuanya swasta," tutur Yati.
Bukan pertama kali
AH juga diketahui pernah melakukan aksi percobaan bunuh diri serupa.
Saat itu, upaya AH untuk mengakhiri hidup keburu ketahuan anak sulungnya, sehingga akhirnya dia mengurungkan niat tersebut.
"Itu pernah, waktu bapak bawa tambang. Tapi tambangnya dibuang sama abang," kata LH kepada Yati.
Yati yang baru mengetahui hal tersebut langsung menyadari bahwa tujuan AH membawa tali tambang merupakan salah satu upaya percobaan bunuh diri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.