Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang Warung di Gunung Sampah Bantargebang: Awalnya Enggak Bisa Makan, Sekarang Terbiasa

Kompas.com - 01/08/2023, 19:07 WIB
Joy Andre,
Jessi Carina

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Rianti (33), satu dari puluhan pedagang di gunung sampah Bantargebang, mengaku sudah terbiasa dengan kondisi yang tidak lazim bagi kehidupan manusia.

Sudah 1,5 tahun ia menjajakan makanan dan minuman di sebuah warung kecil di sana. Dari warung itu, sepanjang mata memandang, yang tampak hanyalah gundukan hasil pembuangan.

Tak perlu dibayangkan bagaimana rasanya berada di lingkungan seperti itu. Demikian juga Rianti, ia tak menyangka bakal "berteman" dengan beragam jenis sampah.

"Pas pertama memang enggak bisa makan di warung, cuma minum saja, minum air putih, karena kan memang bau, enggak kuat. Tapi sekarang sih, sudah biasa," ucap Rianti saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (1/8/2023).

Baca juga: Berjualan di Gunung Sampah Bantargebang, Pegawai Warung: Awal Kerja Kaget, Enggak Bisa Makan Dua Hari


Pada awalnya Rianti mengaku kaget dengan kondisi lingkungan tempat ia mencari nafkah.

Sebab, bau sampah dan ribuan lalat beterbangan di warung beratap terpal milik bosnya tersebut.

"Kaget banget, enggak bisa makan. Banyak lalatnya. Kaget banget, bau. Dua hari enggak makan (di warung)," ucap Rianti sambil tertawa.

"Ditawari jaga warung. Pas kagetnya, kok ternyata di sini (gunung sampah), kirain agak di bawah. Tempatnya juga kan bau ya," ucap dia lagi.

Karena terbiasa, kini Rianti sudah "kebal" dan sama sekali tidak terusik dengan lalat dan aroma tak sedap dari tumpukan kotoran di sekelilingnya.

Terlebih uang yang dihasilkan dari berdagang di gunung sampah bisa mencapai jutaan rupiah.

Baca juga: Mila Jualan Kopi dan Gorengan di Atas Tumpukan Sampah Bantargebang, Terbiasa dengan Bau dan Lalat


Salah satu pembeli di warung Rianti, Parlan (47), mengatakan, sudah jadi hal wajar bagi para pemulung untuk membeli berbagai makanan dan minuman di warung-warung yang tersebar Bantargebang.

Jumlah warung makanan pun tidak sedikit, lokasinya tersebar mulai dari kaki gunung hingga di puncak timbunan sampah.

Baca juga: Warung di Atas Gunung Sampah Bantargebang Raup Rp 1 Juta Per Hari

"Dulu sedikit (pedagang makanan), jadi terbatas. Tapi sekarang sudah ramai, bebas milih dan kami terbiasa," imbuh Parlan.

Berdasarkan pengamatan Kompas.com di warung tenda tersebut, ada sejumlah pemulung yang sedang bersantai di sana.

Masing-masing dari mereka tampak menikmati apa yang tersedia. Ada yang terlihat memakan gorengan, menenggak es kopi, atau sekadar mengisap rokok sambil berteduh dari teriknya cuaca Kota Bekasi.

Berbagai makanan dan minuman itu mereka santap. Mereka menikmati semuanya tanpa menghiraukan serangga yang hinggap di meja atau beterbangan di sekitar tubuh mereka.

Mereka tampak terbiasa dengan keadaan yang ada meski bau sampah menusuk ke dalam hidung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jadwal dan Daftar Kereta Api Tambahan 16-31 Mei 2024

Jadwal dan Daftar Kereta Api Tambahan 16-31 Mei 2024

Megapolitan
Putar Otak Jukir Liar Setelah Dilarang, Ingin Jadi Tukang Servis AC hingga Kerja di Warung

Putar Otak Jukir Liar Setelah Dilarang, Ingin Jadi Tukang Servis AC hingga Kerja di Warung

Megapolitan
Pelajar Depok Nyalakan Lilin dan Doa Bersama di Jembatan GDC untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga

Pelajar Depok Nyalakan Lilin dan Doa Bersama di Jembatan GDC untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga

Megapolitan
FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

Megapolitan
Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Megapolitan
Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Megapolitan
Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Megapolitan
Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Megapolitan
Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Megapolitan
Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Megapolitan
Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Megapolitan
Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Megapolitan
Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Megapolitan
Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Megapolitan
Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com