JAKARTA, KOMPAS.com - Toko roti Gelora di Jatinegara, Jakarta Timur, sudah berdiri selama lebih dari 50 tahun, tepatnya sejak 1950-an.
Toko roti legendaris ini tidak pernah berubah, kecuali produknya yang lebih variatif.
Pemilik Toko Roti Gelora generasi kedua, Ridwan Wiryadinata (72), mengatakan bahwa toko dan pabrik ini merupakan bisnis yang dirintis kedua orangtuanya pada 1950.
"Orangtua mulai dari 1950 sampai 1973. Karena saya lulus dari SMA, daripada bikin susah mereka, saya mulai bantu karena biayanya besar buat masuk ke perguruan tinggi," ucap dia di lokasi, Jumat (11/8/2023).
Mulanya, toko itu hanya menjual biskuit keras (hard biscuit). Ridwan, belum mahir membuat biskuit, mulai belajar dari orangtuanya.
Baca juga: Kios Biskuit Khong Guan yang Tidak Seramai Dulu...
Lambat laun, ia pun bisa memproduksi sendiri biskuit keras itu. Akan tetapi, hasilnya kurang maksimal.
Setelah bertanya dan kembali belajar ke sejumlah orang, ternyata permasalahannya pada mesin pengaduk adonan.
Lantaran sudah termakan usia, mesin sudah tidak begitu optimal.
"Mesinnya juga mengerikan kalau enggak hati-hati, tangan bisa terluka, pernah ayah saya sekali kena tahun 1959 atau 1960-an. Tapi terus ya sudah, yang penting membuat biskuit semaksimal mungkin dan sebaik mungkin," ungkap Ridwan.
Seiring waktu, Ridwan bertanya apakah ayahnya memiliki uang atau tidak agar bisa membeli mesin pengaduk adonan terbaru.
Setelah menghitung pendapatan, toko roti itu akhirnya mampu membeli mesin pengaduk adonan terbaru guna menunjang produksi biskuit keras yang lebih baik.
Sejak 1950-an, spesialisasi toko roti Gelora adalah biskuit keras. Ridwan pun mempelajarinya saat membantu orangtuanya.
Namun, sekitar 1975, ia mulai mencoba membuat butter cookies. Selain ingin mengembangkan produk, ia juga merasa pembuatan biskuit keras sudah tidak produktif.
"Bikin hard biscuit sudah tidak produktif banget. Kerjanya capek, hasilnya enggak banyak. Karena mesinnya hanya bisa produksi setengah loyang saja, lalu harus balik diisi lagi. Enggak efektif," ujar dia.
Karena mesin pembuat biskuit keras menyebabkan pekerjaan kurang optimal, produksinya pun dihentikan.
Baca juga: Rindu Jajanan Masa Kecil, Salisa Jauh-jauh dari Bekasi ke Depok untuk Beli Es Krim Woody