Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah “Tinder Swindler” Versi Indonesia: Pelaku Bermodus Romansa, Korban Merugi Miliaran Rupiah

Kompas.com - 22/08/2023, 06:30 WIB
Baharudin Al Farisi,
Ihsanuddin

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com – Penipu bertebaran di aplikasi kencan. Mereka menjerat para wanita Indonesia yang hendak serius membangun masa depan.

Korban tak hanya merugi perasaan, tetapi juga miliaran rupiah apabila ditotal.

Sekilas, kisah para korban mirip dengan kisah di film dokumenter Netflix yang booming pada Februari 2023, The Tinder Swindler.

Tim Kompas.com menemui beberapa korban, pertengahan Juli 2023, di salah satu kedai kopi di Jakarta Barat.

Mereka pun mengisahkan bagaimana bisa terjerat dalam praktik penipuan ulung itu.

Baca juga: Mengenal Sosok Simon Leviev, Penipu Cinta di The Tinder Swindler

DH (41) bercerita, ia pertama kali bertemu pelaku, Maret 2023, di dating apps bernama CMB (Coffee Meets Bagel).

DH membayar Rp 300.000 per bulan untuk menjadi anggota premium di aplikasi tersebut.

“Dia (pelaku) ngaku-nya bernama Andrew, WNA keturunan Chinese-Malaysian, pekerjaannya auditor di salah satu kota besar di Malaysia,” ujar DH.

Awalnya, percakapan hanya dilakukan di aplikasi. Topik percakapan yang menggunakan bahasa Inggris itu baru sebatas mengenal latar belakang satu sama lain.

Semakin lama, DH merasa nyambung dengan Andrew sebab DH memiliki latar belakang yang sama dengan profesi yang diakui Andrew.

“Aku ngetes dia. Aku tanya soal pajak di Malaysia, kalau lapor pajak ke mana, dan sebagainya, ternyata jawaban dia betul semua. Jadi, aku percaya bahwa background dia auditor,” ujar DH.

Baca juga: Ramai The Tinder Swindler, Ini Tips agar Tidak Tertipu di Aplikasi Kencan

Oleh sebab itu, DH rela memberikan nomor ponsel pribadinya dan percakapan berpindah ke WhatsApp, sekitar tiga hari kemudian.

Andrew, sebut DH, memiliki perangai romantis. Setiap hari, pelaku menyapa DH dengan kata "baby" dan "honey".

DH mengaku mendapatkan perhatian yang tidak pernah ia dapatkan sebelumnya. DH juga dijanjikan untuk dinikahi suatu saat nanti.

“Dia bilang, ‘Saya akan tinggalin semuanya di Malaysia karena tidak punya siapa-siapa. Saya akan tinggal di Jakarta bersama kamu’. Lalu, dia bilang mau beli hunian di apartemen untuk kami hidup nantinya,” ujar DH.

Modus penipuan

Saat kepercayaan sudah terbangun, pelaku kemudian menawari DH untuk mengikuti bisnis jual beli daring di sebuah website.

Pelaku menyebutkan, situs itu adalah e-commerce besar di China. DH pertama-tama diminta membuat akun di website itu. DH lalu menjadi dropshipper di sana.

Jadi, DH diminta membeli barang di dalam website itu, seperti meja, kursi, lampu hias, dan sebagainya.

Pembelian dilakukan menggunakan aplikasi penyedia transaksi menggunakan dollar.

“Saya top up (isi saldo ke aplikasi) sesuai dengan barang-barang yang saya pilih. Pelaku bilangnya, setiap barang kita yang laku terjual, kita dapat untung 10 persen. Dia juga ngaku sudah untung besar dari bisnis ini,” ujar DH.

Baca juga: Pig Butchering, Modus Penipuan Investasi Kripto Mirip “Tinder Swindler di Netflix

DH sempat menolak ajakan itu. Akan tetapi, pelaku memberikan pemahaman bahwa bisnis itu sangat penting sebagai fondasi finansial ketika mereka sudah berumah tangga nantinya.

“Dia bilang enggak mau rumah tangga kami nanti kenapa-kenapa. Makanya, butuh bisnis biar kami dan anak-anak kami enggak kesusahan. Wah, pokoknya manipulatif banget deh, sehingga saya akhirnya ikuti dia dan top up,” ujar DH.

Total uang yang ditransfer ke aplikasi itu mencapai Rp 20 juta dalam kurs dollar AS.

Belakangan, DH mencurigai bahwa ada yang tidak beres dalam bisnis ini. Salah satunya adalah karena dirinya seolah dipaksa top up terus-menerus. Selain itu, ia tidak bisa mengambil keuntungan dari hasil penjualan selama ini.

“Aku juga dapat surat, katanya tokoku di-freeze karena enggak melayani order. Aku diminta menebus 10.000 dollar AS untuk memulihkan toko. Ya masalahnya kalau order datang, saya harus top up lagi, saya enggak mau,” ujar DH.

Ia kemudian iseng-iseng mengontak salah satu tetangganya yang merupakan pekerja IT.

Dari sang kawan, DH syok mengetahui bahwa laman jual beli daring itu ternyata fiktif dan baru dibuat beberapa bulan lalu.

Artinya, website beserta aktivitas dagang di dalamnya diduga kuat merupakan modus operandi pelaku mendapatkan keuntungan.

DH sempat putus asa dengan keadaan itu.

Namun, ia memilih untuk ikhlas. Ia tidak bersikap marah-marah ke Andrew. Melalui WhatsApp, DH mendoakan Andrew yang kemungkinan besar adalah nama palsu agar tak menipu orang lagi.

“Aku juga bilang, ada karma di setiap perbuatan. Kami mengakhiri komunikasi secara baik-baik,” lanjut DH.

Baca juga: Love Bombing, Taktik Melenakan Pasangan Seperti di The Tinder Swindler

Korban lainnya bernama CA (39) mengaku menerima modus yang sama dari pelaku.

Hanya saja, total uang yang ia transfer tidak main-main, yakni sekitar Rp 900 juta dalam kurs dollar AS.

CA menyebutkan, pelaku sangat lihai memainkan psikologis korban yang diposisikan sebagai pedagang daring.

Melalui website fiktifnya, pelaku seolah tidak memberikan kesempatan bagi korban sebagai pemilik toko untuk menarik keuntungan. Sebab, pesanan selalu datang sehingga pemilik toko merasa tokonya ramai pembeli.

“Padahal, ternyata pesanan-pesanan itu dibikin si pelaku sendiri. Kami dipaksa seolah-olah tokonya ramai sehingga mindset sebagai pedagang, ya tambah modal terus, bukan menarik keuntungan. Eh, ternyata, buntung,” ujar CA yang berprofesi sebagai dokter ini.

27 korban

Korban lain, NA (30), menambahkan, para korban kini sudah berjejaring. Setidaknya, sudah ada 27 orang yang terjaring sebagai korban.

Bila ditotal, kerugian para korban bisa mencapai lebih dari Rp 3 miliar.

Mereka juga sudah melaporkan kasus itu ke Polda Metro Jaya, Rabu (19/7/2023).

Laporan polisi teregister dengan nomor LP/B/4163/VII/2023/SPKT/POLDA METRO JAYA.

Bagi NA yang merugi 24.500 dollar AS, peristiwa yang dialaminya ini jauh lebih penting untuk diketahui oleh masyarakat Indonesia, terutama para wanita yang hendak membangun hubungan melalui dating apps.

“Kalau uang mungkin susah kembali ya. Meski saya ada keinginan agar pelaku ditangkap. Tapi yang lebih penting, jangan ada lagi wanita Indonesia yang jadi korban,” ujar NA.

Catatan redaksi: Apabila Anda merupakan korban penipuan seperti artikel di atas dan ingin berbagi kisah, silakan hubungi tim Megapolitan di sejumlah akun media sosial Kompas.com, yakni Twitter, Instagram, TikTok, atau Telegram.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadwal dan Daftar Kereta Api Tambahan 16-31 Mei 2024

Jadwal dan Daftar Kereta Api Tambahan 16-31 Mei 2024

Megapolitan
Putar Otak Jukir Liar Setelah Dilarang, Ingin Jadi Tukang Servis AC hingga Kerja di Warung

Putar Otak Jukir Liar Setelah Dilarang, Ingin Jadi Tukang Servis AC hingga Kerja di Warung

Megapolitan
Pelajar Depok Nyalakan Lilin dan Doa Bersama di Jembatan GDC untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga

Pelajar Depok Nyalakan Lilin dan Doa Bersama di Jembatan GDC untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga

Megapolitan
FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

Megapolitan
Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Megapolitan
Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Megapolitan
Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Megapolitan
Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Megapolitan
Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Megapolitan
Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Megapolitan
Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Megapolitan
Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Megapolitan
Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Megapolitan
Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Megapolitan
Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com