Meski begitu usulan ini masih akan dibahas bersama-sama dengan Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenkomarves), KLHK, BRIN.
"Diharapkan memang partisipasi dari seluruh pemilik gedung, nantinya bisa dilakukan terhadap penyediaan water mist dan harganya juga enggak mahal," kata Asep.
Durasi penyiraman diperhatikan
Peneliti BRIN, Edvin Aldrian mengatakan, penyemprotan air dari permukaan lebih tinggi dapat membuat debu-debu yang beterbangan terbawa turun ke tanah.
Hal ini menjadi salah satu alternatif yang dapat dilakukan, ketika teknologi modifikasi cuaca (TMC) sulit dilakukan karena minimnya awan hujan.
"Jadi air yang kita pakai itu akan menjatuhkan debu. Itu makanya saya mengusulkan semacam water curtain atau tirai air," ucapnya.
Baca juga: BMKG: Hujan di Jabodetabek Kemarin karena Modifikasi Cuaca
Di samping itu, penyiraman air dari atas juga lebih efektif dibandingkan dengan penyemprotan air ke jalan raya menggunakan mobil.
Sebab, air yang turun dan membasahi jalan hanya terjadi sesaat serta tidak merata. Berbeda dengan intensitas hujan alami atau buatan hasil penerapan TMC.
"Takutnya yang kecil tadi, ini karena disemprot pada situasi tertentu dengan waktu tertentu, air yang di tempat itu akan naik lagi. Air itu bisa naik lagi karena menguap," kata Edvin.
Kondisi ini justru dikhawatirkan membuat partikel-partikel polutan ikut terangkat, bersama dengan uap dari air yang sebelumnya disemprotkan ke jalan raya.
Menurut Edvin, sudah ada riset yang menyimpulkan bahwa penyiraman jalan justru berpotensi memperparah polusi.
"Saya mengkhawatirkan karena ada catatan yang dari China atau Jepang gitu. Dia kan menyimpulkan begitu karena kalau sekali siram saja enggak efektif," kata Edvin
Meski begitu, Edvin memandang bahwa penyemprotan air tetap bisa lebih efektif mengurangi polusi. Tetapi harus dilakukan secara massif dengan durasi yang panjang layaknya hujan.
Baca juga: Menteri LHK Ungkap Penyebab Polusi Udara Jabodetabek, 44 Persen Kendaraan, 34 Persen PLTU
Sementara itu, Asep mengungkapkan bahwa penyiraman air dari atas gedung-gedung di Jakarta menurut rencana bakal dilakukan dua kali sehari.
Namun, hal ini masih akan dikaji lebih lanjut bersama-sama para ahli agar bisa berjalan maksimal.
"Mungkin sehari dua kali. Misalnya pukul 10.00 WIB dan 11.00 WIB, kemudian juga pukul 14.00 WIB dan 15.00 WIB. Itu nanti sedang kita coba untuk simulasikan," pungkas Asep.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.