“Kalau dari segi biaya kurang lebih sama sih, karena kan tetap harus pakai Gojek dari stasiun. Naik bus juga sama, tetap Gojek dulu. Rencananya sih, pengen bawa skuter (untuk pengganti ojol),” lanjut dia.
Baca juga: Sisi Lain LRT Jabodebek, Ada Senyum Warga Bekasi dan Depok yang Takjub Lihat Jakarta dari Ketinggian
Sementara itu, bagi auditor bernama Andre (40), keberadaan LRT bisa menjadi salah satu opsi moda transportasi di malam hari.
Alasannya, dia tidak perlu berdesak-desakkan dengan orang lain di KRL.
“Kalau sementara karena belum terbiasa, pagi hari berangkat saya tetap pakai KRL dulu. Tapi, kalau baliknya bisa pakai ini enak juga,” imbuh Andre.
Tinggal di Bojong, Rawalumbu, Bekasi, Andre biasanya berangkat ke kantor dari rumah menggunakan motor hingga Stasiun Bekasi.
Lalu, dia melanjutkan perjalanan hingga ke Stasiun Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat.
“Dari Stasiun Gondangdia jalan kaki ke daerah Menteng. Biasanya satu jam dari rumah sudah sampai kantor, tapi ini satu jam baru sampai di Stasiun LRT Dukuh Atas. Agak lama menunggu di Stasiun LRT Bekasi Baratnya, tadi,” papar dia.
Baik Cindy, Riko, dan Andre tidak mempermasalahkan tarif normal LRT yang mencapai sekitar Rp 20.000 setelah bulan September.
Sebab, mereka merasa fasilitas yang ditawarkan oleh kereta ringan itu setimpal dengan harga yang harus dibayar.
“Enggak masalah sama sekali, kan jauh lebih murah juga jatuhnya,” kata Cindy.
“Enggak masalah, masih worth it lah. Fasilitasnya oke, cuma dari waktu (jadwal) bisa lebih disesuaikan lagi,” timpal Andre.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.