Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Perpisahan" Terakhir dengan Toko Buku Gunung Agung yang Melegenda

Kompas.com - 31/08/2023, 06:11 WIB
Ivany Atina Arbi

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Gunung Agung Tiga Belas yang menaungi seluruh jaringan Toko Buku Gunung Agung, mengumumkan akan menutup semua gerai mereka pada akhir 2023 karena terus menderita kerugian.

Penutupan sebagian toko sudah dilakukan secara bertahap sejak 2020. Beberapa toko buku yang ditutup antara lain berada di Surabaya, Semarang, Gresik, Magelang, Bogor, Bekasi, dan Jakarta.

Keputusan tersebut terpaksa dilakukan karena biaya operasional tidak bisa ditutup dari pendapatan penjualan buku.

"Keputusan ini (Toko Buku Gunung Agung tutup) harus kami ambil karena kami tidak dapat bertahan dengan tambahan kerugian operasional per bulannya yang semakin besar," kata manajemen PT Gunung Agung Tiga Belas dalam keterangan resminya, Minggu (21/5/2023).

Dipicu oleh pandemi Covid-19, satu per satu gerai terpaksa "gulung tikar" demi menutup kerugian akibat biaya operasional yang membengkak.

Baca juga: Mengantre Berjam-jam Demi Cuci Gudang Toko Buku Gunung Agung

Saat ini, Toko Buku Gunung Agung hanya memiliki sisa lima cabang toko yang beroperasi.

Salah satu toko yang masih beroperasi adalah yang berada di Jalan Kwitang Nomor 38, Kelurahan Kwitang, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat.

Sebagai bentuk perpisahan dengan warga Jakarta, Toko Buku Gunung Agung Kwitang melakukan cuci gudang dengan memberikan diskon besar-besaran untuk menghabiskan stok barang.

Toko buku melegenda

Merujuk pada laman Gunung Agung, Toko Buku Gunung Agung berdiri pada 1953. Pendirinya adalah Tjio Wie Tay yang juga dikenal sebagai Haji Masagung.

Semula pada 1945, Tjo Wie Tay bersama Lie Tay San dan The Kie Hoat membuat kongsi dagang bernama Thay San Kongsie. Kala itu, barang yang mereka jual adalah rokok.

Baca juga: Cerita Shula dan Ruth Bantu Kakek 77 Tahun Antre Beli Buku di Toko Gunung Agung Kwitang

Usai berakhirnya agresi militer Belanda II yang diikuti hengkangnya penerbit-penerbit Belanda, Thay San Kongsie melihat sebuah peluang bisnis.

Kala itu, permintaan pasar terhadap buku dan media massa cetak sangat tinggi.

Dari sana, Thay San Kongsie mendirikan kios sederhana di Jakarta Pusat yang menjual buku, koran, dan majalah.

Keuntungan menjual buku ternyata lebih besar dibandingkan hasil penjualan rokok dan bir. Kongsi ini pun menutup usaha rokok dan bir mereka, lalu fokus pada toko buku.

Percetakan pertama mereka berada di bagian belakang sebuah rumah yang dibeli Tjio Wie Tay di Jalan Kwitang Nomor 13, Jakarta Pusat.

Baca juga: Antrean Toko Gunung Agung Kwitang Mengular, Pengunjung Nunggu Berjam-jam Sampai Lesehan

Dilansir dari buku Sejarah Perbukuan (2022), Tjio Wie Tay kemudian membangun Firma Gunung Agung, yang ditandai oleh pameran buku 10.000 buku pada 8 September 1953.

Pendirian firma ini rupanya tidak sejalan dengan pandangan bisnis dari Lie Tay San. Ia pun lebih memilih mundur dari Thay San Kongsie.

Berkembang pesat

Mundurnya salah satu founder rupanya tak membuat Firma Gunung Agung meredup. Firma ini malah semakin melejit, ditandai dengan pameran buku lebih megah bernama Pekan Buku Indonesia 1954.

Pada pameran buku ini pula Gunung Agung memulai tradisi penyusunan bibliografi (daftar buku lengkap) dalam bentuk katalog.

Bahkan, Gunung Agung membentuk tim khusus bernama Bibliografi Buku Indonesia yang dipimpin oleh Ali Amran yang juga menjadi kepala Bagian Penerbit PT Gunung Agung.

Baca juga: Sejarah Toko Buku Gunung Agung, Berdiri Sejak Awal Kemerdekaan, Kini Harus Tutup

Melalui pekan buku itu, Tjio Wie Tay berkenalan dengan Presiden dan Wakil Presiden RI kalau itu, Soekarno dan Mohammad Hatta.

Keberhasilannya menggelar Pekan Buku Indonesia membuat Tjio dipercaya pemerintah menggelar pameran buku di Medan dalam rangka Kongres Bahasa pada 1954.

Sejak saat itu, bisnis Firma Gunung Agung terus membesar.

Gunung Agung pula yang menerbitkan buku biografi Soekarno yang ditulis oleh jurnalis AS, Cindi Adams berjudul Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat.

Mencapai usia ke-70

Selama 70 tahun berdiri, Toko Buku Gunung Agung telah merasakan manis pahitnya dunia bisnis.

Baca juga: Toko Gunung Agung Kwitang Ditutup Lebih Cepat, Kemarin Antrean Bertahan hingga Larut Malam

Gunung Agung berhasil berhasil menjadi toko buku rantai ritel terkemuka di Indonesia yang menyediakan kelengkapan produk buku dan alat tulis berkualitas tinggi dengan harga bersaing yang dibarengi dengan layanan prima.

Perusahaan memperluas lini produknya dengan alat tulis, kebutuhan sekolah, barang mewah, barang olahraga, alat musik, otomatisasi/peralatan kantor, dan produk teknologi tinggi.

Setelah masa kejayaan, Toko Buku Gunung Agung harus menelan pil pahit akibat pandemi Covid-19.

Sejarah panjang Toko Buku Gunung Agung yang berawal di Jalan Kwitang, harus berakhir pula Jalan Kwitang begitu gerai yang terletak di arah timur Tugu Tani ini akan menjadi Toko Buku Gunung Agung terakhir yang beroperasi.

(Penulis: Xena Olivia, Alinda Hardiantoro | Editor: Irfan Maullana, Farid Firdaus)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Asal-usul Pesawat Jatuh di BSD, Milik Anggota Indonesia Flying Club yang Ingin Survei Landasan

Asal-usul Pesawat Jatuh di BSD, Milik Anggota Indonesia Flying Club yang Ingin Survei Landasan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Selasa 21 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Selasa 21 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas | Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh

[POPULER JABODETABEK] Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas | Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh

Megapolitan
Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Megapolitan
Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Megapolitan
Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Megapolitan
Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Megapolitan
Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Megapolitan
Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Megapolitan
Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com