JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jasra Putra berpandanganm anak-anak masih rentan terjun ke dalam prostitusi online.
Seperti diketahui, sebanyak 21 anak terjerat dalam prostitusi yang dikendalika FEA (24) di wilayah Johar Baru, Jakarta Pusat. Anak-anak itu "dijajakan" di media sosial.
Menurut Jasra, peran orangtua sangat besar agar anak tidak terjerembab ke dalam bisnis haram tersebut. Salah satunya, kata Jasra, orangtua harus mengukur sendiri kedekatan batinnya dengan sang anak.
Baca juga: Anak-anak Rentan Jadi Korban Prostitusi Online, KPAI: Mereka Kehilangan Figur Berlapis
"Karena kita mudah kok mengukur anak-anak yang mudah terjerat prostitusi online," ucap Jasra kepada Kompas.com, Senin (25/9/2023).
Sebagai orangtua, kata Jasra, tentu dapat merasakan, apakah batinnya masih dekat bersama anak-anaknya atau tidak. Kalau sudah merasa jauh, orangtua harus menyadari sudah sejauh mana.
"Artinya soal yang paling hulu, yang paling ujungnya, siapa yang bisa mendeteksi soal kualitas kondisi dari dalam rumah, di mana pengasuhan anak menjadi yang utama," kata Jasra.
Karena ketika orangtua terlepas dari pengawasan, anak-anak itu dikhawatirkan sudah terlanjur sudah mengalami permasalahan berlapis, yang tidak mudah diurai.
Baca juga: Kegiatan Prostitusi Anak di Jakarta Tetap Muncul meski Terus Diberantas
"Karena ini bicara koneksi batin, jiwa, pengawasan, memastikan kelekatan, perlindungan yang dibutuhkan anak sesuai usia, tumbuh, kembang dan pemahamannya," kata dia.
Jasra melihat, anak-anak yang dikorbankan dalam prostitusi online seringkali merupakan anak anak yang telah kehilangan figur berlapis.
"Karena tidak bisa diselamatkan, mulai dari tingkat keluarga, sekolah dan lingkungan terdekatnya. Yang akhirnya di rebut bisnis prostitusi," ucap Jasra.
Sebenarnya, kata Jasra, anak-anak yang terlibat dalam prostitusi adalah rangkaian masalah yang tidak selesai. Prostitusi hanya puncak dari masalah tersebut, yang sebelumya tidak tertangani.
Baca juga: Alarm Bahaya buat Orangtua, Muncikari Intai Anak-anak ke Dalam Prostitusi Online lewat Media Sosial
Hal ini, kata dia, terbukti dari asesmen KPAI terhadap remaja putri yang terjerat prostitusi. Jasra menerangkan, terungkap adanya jejaring bisnis yang saling terikat dalam upaya menjebak anak.
Hal ini yang terjadi di Pasar Minggu, Muncikari merekrut anak perempuan yang keluarganya tak harmonis atau broken home dan tidak mendapat perhatian orangtua.
Menurut Jasra, muncikari akan akan memanfaatkan beragam cara, mulai dari memanfaatkan kondisi orang tua yang akhirnya mau melepas anak, ataupun anak yang direkrut teman sebaya.
"Sehingga ada situasi pemanfaatan berlapis atas kondisi anak, yang mudah direkrut. Ada yang justru orang tuanya di penuhi kebutuhannya dari bisnis ini," ungkap Jasra.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.