JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua RW 10 Kelurahan Cipinang, Pulogadung, Jakarta Timur, Untung Mulyadi menuturkan, amblesnya turap Kali Sunter di wilayahnya menyebabkan jalan setapak di permukiman bantaran kali menurun.
"Jalanan menurun karena bagian bawahnya selalu tergerus air, jadinya (fondasi) bawahnya kosong sehingga jalanannya menurun," tutur dia di lokasi, Senin (9/10/2023).
Adapun turap Kali Sunter yang ambles berlokasi di wilayah RW 10 Cipinang, tepatnya di RT 005 sampai RT 003.
Baca juga: Turap Kali Sunter di Cipinang Ambles, Ketua RW Sebut sejak Pengerukan Delapan Tahun Lalu
Untung mengatakan, turap mulai ambles sejak tujuh sampai delapan tahun lalu karena pengerukan.
Pengerukan dilakukan terlalu dalam. Sementara itu, sejumlah tiang pancang dari turap yang sudah ada patah dan longsor.
Alhasil, susunan turap berupa pelat-pelat beton berbentuk kotak pun terjatuh sejauh tiga meter beserta tanahnya.
Akibatnya, terjadi penumpukan di bantaran Kali Sunter wilayah RW 10 Cipinang.
Baca juga: Heru Budi Bakal Ingatkan Dinas SDA untuk Bereskan Turap Kali Sunter yang Ambles
Beberapa titik aliran kali menyempit menjadi sekitar dua sampai tiga meter. Padahal, sebelumnya lebar kali mencapai enam meter.
"Awalnya rapi, turap-turap yang berbentuk kotak. Karena kali dikeruk, tiang pancang enggak ada (patah dan longsor), turap ambles. Setiap hujan bikin tanah-tanah longsor," jelas Untung.
Beberapa tahun berlalu, sekitar awal 2020, ada penanganan sementara berupa pembentukan turap jenis bronjong kawat.
Kendati demikian, bronjong kawat tidak dilengkapi tiang pancang. Alhasil, bronjong kawat tidak bertahan lama. Longsor pun kembali terjadi.
Amblesnya turap Kali Sunter juga menyebabkan jalan setapak kian menurun.
"Bertahap (imbas) amblesnya, hitungan tahunan. Kalau sudah musim hujan, kelihatan ada sebagian tanah yang turun dan jalanan mulai retak," ucap Untung.
Baca juga: Turap Kali Sunter di Cipinang Ambles, Wali Kota Bakal Koordinasi dengan BWSCC
Oleh karena itu, warga secara swadaya menambal jalan menggunakan puing-puing berupa bongkahan batu.
Dengan menumpuk puing, warga berharap dapat membuat permukaan jalanan tidak terlalu rendah ketika fondasi menurun karena turap tak kunjung diperbaiki.