Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mulanya Kumuh, Kolong Tol Becakayu di Cipinang Melayu Jadi Lahan "Urban Farming"

Kompas.com - 26/11/2023, 07:42 WIB
Nabilla Ramadhian,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga RW 013 Cipinang Melayu mengubah area kolong Tol Becakayu wilayah Makasar, Jakarta Timur, menjadi area urban farming.

Ketua RW 013 Cipinang Melayu Umam mengatakan, dahulu lahan milik Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Timur itu adalah lahan kumuh.

"Di situ kumuh. Warga luar juga banyak yang naruh mobil di sini, dan buang sampah sembarangan. Kami inisiatif memanfaatkan lahan yang kurang enak dipandang menjadi area penghijauan," ucap dia di lokasi, Minggu (12/11/2023).

Baca juga: Pulang Memancing, Warga Bekasi Temukan Mayat Pria Membusuk di Kolong Tol Becakayu

Penghijauan bermula dari tahun 2017. Saat itu, Tol Becakayu masih dalam tahap pembangunan.

Namun, sibuknya pembangunan tidak membuat warga dari luar RW 013 gentar untuk memarkirkan kendaraan mereka dan membuang sampah sembarangan di sana.

Hal ini membuat gerah warga RW 013 karena salah satu area terbuka di wilayah mereka menjadi kumuh.

Pada akhirnya, warga sepakat untuk mengubah lahan itu menjadi area hijau yang lebih asri.

"Awalnya tanam tanaman hias karena hanya biar bisa enak dilihat mata," ujar Umam.

Mulai tanam sayuran

Lambat laun, warga RW 013 merasa bahwa mereka tidak mendapat apa pun selain keindahan semata.

Mereka kembali berunding, dan memutuskan untuk menanam sayuran. Tanaman pertama yang warga coba tanam adalah kangkung dan sawi.

"Coba tanaman yang sederhana dan mudah numbuhnya, ternyata (kangkung dan sawi) bisa numbuh dengan ala kadarnya, dengan situasi ramai lalu lintas dan polusi ini," kata Umam.

Baca juga: Mengingat Kembali Kasus Rudolf Tobing yang Buang Jasad Icha ke Kolong Tol Becakayu

Kemudian, warga setempat mencari cara agar sayuran yang ditanam memiliki rasa yang lebih lezat ketika dikonsumsi.

Mereka menemukan, solusinya adalah menggunakan pupuk kandang. Melalui media tanam itu, rupanya rasa sayurannya lebih nikmat karena berkualitas.

Pada saat itu, warga secara perlahan menambah jenis tanaman yang bisa dipanen,, yaitu pisang. Namun, utamanya tetap kangkung dan sawi.

"Awalnya hanya manfaatkan lahan sepanjang 40 meter saja. Sekarang, lahan yang dimanfaatkan sepanjang sekitar 450 meter," tutur Umam.

Saat ini, area tersebut sudah memiliki tanaman yang lebih beragam, mulai dari bayam, seledri, kembang kol, brokoli, cabai, kacang tanah, jagung, dan pare, selain kangkung dan sawi.

Kemudian buah pisang, melon, pepaya, dan jeruk, serta tanaman obat seperti kemangi, serai, lidah buaya, dan jahe.

"Kami juga mengajak masyarakat untuk terlibat dalam merapikan area ini, kayak menghadirkan warna-warni pada tembok untuk menarik perhatian masyarakat supaya lebih sering menjadikan area sebagai tempat untuk sosialisasi," pungkas Umam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com