JAKARTA, KOMPAS.com - Santi (43) sedang duduk di pinggir kali bersama sang cucu ketika dia melihat api di lantai dua rumah tetangganya di Jalan Manggarai Utara 2, RT 009-010 RW 01, Tebet, Jakarta Pusat, Kamis (14/12/2023).
“Saya habis masak, nyuci piring, terus saya gendong cucu dan nongkrong di kali. Terus ada api. Saya bilang, ‘kebakaran, kebakaran!’. Saya panggil orang-orang yang dekat rumah itu (tapi) pada tidur, lagi pada ambil rapor (di sekolah).” ujar Santi kepada Kompas.com di tempat pengungsian samping gedung SDN 01 Cibondo, Manggarai, Minggu (17/12/2023).
Baca juga: Kebakaran Permukiman Padat di Manggarai Diduga Akibat Korsleting
Santi yang panik melihat api segera menggedor-gedor pintu rumah para tetangganya. Namun, tidak ada jawaban.
Tak habis akal, Santi berlari ke gang sebelah, berteriak lantang bahwa ada kebakaran di salah satu kontrakan.
“Eh, malah ada yang bilang, ‘Ah, bohong, nih’. Saya jawab, ‘demi Allah enggak bohong!’. Pada enggak percaya soalnya saya suka ngebanyol,” ujar dia.
Setelah melihat api berkobar besar, barulah warga setempat mempercayai ibu tiga anak itu. Dilanda rasa panik, Santi pun lari sambil menggendong cucunya.
Baca juga: Menengok Kondisi Korban Kebakaran Manggarai di Posko Pengungsian, Tidur Berjejer di Dalam Tenda
Tak dihiraukannya segala harta bendanya.
Namun, bak sudah jatuh tertimpa tangga, Santi malah terpeleset di pinggir kali dan jatuh terperosok. Kedua kakinya terluka dan cucunya menangis kencang.
“Enggak ada yang bantuin, semua orang sibuk berenang menyelamatkan diri sendiri. Saya berdiri sendiri,” tutur Santi pelan.
Suaranya masih serak akibat berteriak kencang saat kejadian.
Setelah api padam, Santi dan warga lain kembali ke tempat kejadian untuk mengecek harta benda yang tersisa.
“Duit buat bayar sekolah kebakar Rp 800.000. Duit bapaknya (suami Santi) juga Rp 700.000. Saya sampai nangis-nangis, biarin lah pasrah,” ujar dia.
Baca juga: Santi Pertaruhkan Nyawa Selamatkan Tetangga dan Keluarga dari Kebakaran di Manggarai
Saat ini, Santi cukup bersyukur bisa mendapatkan sedikit bantuan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) berupa pakaian dan makanan.
Rencananya, dia akan kembali tinggal di rumahnya dengan beratapkan terpal.
“Sayang kalau ngontrak sebulan Rp 500.000. Mending uangnya buat yang lain. Saya mandi air kali, tidur pakai lilin, biarin, deh. Saya mah yang penting bisa umur panjang,” sambung Santi.
Secara terpisah, Kepala Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Kasudin Gulkarmat) Jakarta Selatan Syamsul Huda mengatakan, kebakaran diduga terjadi akibat korsleting.
“Informasi dari Pak RT, di rumah kontrakan tukang rokok dan tukang sayur terjadi korsleting,” kata Syamsul saat dihubungi Kompas.com, Minggu.
Baca juga: BPBD DKI Kerahkan Mobil Trauma Healing untuk Pulihkan Psikologis Anak Korban Kebakaran di Manggarai
"Lalu, terjadi penyalaan yang merambat ke bangunan dan di sekitarnya," sambung dia.
Kebakaran itu berimbas pada 61 keluarga yang terdiri dari 244 jiwa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.