Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tantangan Petugas Quick Count Pemilu 2024: Ditolak Responden hingga Minim Akses ke TPS

Kompas.com - 14/02/2024, 12:11 WIB
Tria Sutrisna,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kompas menggelar hitung cepat dan exit poll pada hari pemungutan suara Pemilu serentak 2024, Rabu (14/2/2024).

Terdapat 2.000 petugas survei yang dilibatkan dan tersebar di berbagai wilayah Tanah Air, untuk mengumpulkan dan melaporkan data dari setiap sampel tempat pemungutan suara (TPS).

Peneliti Litbang Kompas Debora Laksmi menceritakan ada berbagai tantangan yang dihadapi oleh para petugas di lapangan, untuk menghimpun dan mengirim data dalam rangka hitung cepat Pemilu 2024.

Dia mencontohkan, sejumlah tenaga survei di daerah terpencil dan terpelosok, yang harus menginap di dekat TPS dari sebelum hari pencoblosan karena sulitnya akses transportasi.

“Yang di daerah terpencil, terpelosok dan aksesnya susah, beberapa tenaga lapangan itu harus menginap. Supaya ketika hari H sudah bisa standby dari pagi sampai dengan malam,” ujar Debora, Rabu (14/2/2024).

Baca juga: Suasana War Room Litbang Kompas Saat Hitung Cepat Pemilu 2024...

Selain itu, kata Debora, kendala lain yang juga kerap dihadapi adalah adanya responden yang menolak diwawancarai atau didokumentasikan.

Namun, Debora memastikan bahwa Tim Litbang Kompas sudah mengantisipasi kendala-kendala yang mungkin dihadapi, agar proses pengumpulan data tetap bisa berjalan dengan lancar.

“Karena kan harus di foto supaya bisa dicek kembali apakah sudah sesuai respondennya atau tidak. Jadi untuk tantangannya tentu beragam sekali, dari kondisi di lapangan. Tapi dari kemarin untuk hal-hal seperti itu sudah bisa kami carikan solusi,” kata Debora.

Debora sebelumnya menjelaskan, terdapat 2.000 TPS yang dijadikan sampel oleh Litbang Kompas, dalam proses hitung cepat dan exit poll Pemilu 2024.

"Pembagiannya itu 60 persen di Jawa, 20 persen wilayah Sumatera dan sisanya Indonesia tengah dan Indonesia timur," ucap Debora.

Baca juga: Warga di Sampang Ricuh karena Informasi Surat Suara Tercoblos

Terdapat 2.000 petugas yang dilibatkan untuk mengumpulkan dan mengirimkan data ke 150 petugas konfirmator, verifikator, dan validator di pusat data Litbang Kompas.

Menurut Debora, tim konfirmator, verifikator, dan validator ini adalah memeriksa setiap data yang masuk secara bertahap.

"Jadi apakah data tersebut sudah benar benar bisa kami teruskan untuk dapat dianalisis. Jadi pengecekannya berlapis," ungkap Debora.

Adapun hasil perhitungan sementara perolehan Pemilu 2024 yang dilakukan oleh Tim Litbang Kompas, menurut rencana, akan diumumkan pada Rabu sekitar pukul 15.00 WIB.

Hal ini sesuai dengan aturan yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI bahwa hasil hitung cepat baru boleh diumumkan dua jam setelah TPS ditutup.

Baca juga: Anies Dapat Surat Suara Robek untuk Pileg DPRD DKI, Langsung Minta Ganti

Sebagai informasi, pemungutan suara Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Anggota Legislatif (Pileg) 2024 digelar pada 14 Februari 2024.

Untuk Pilpres 2024, terdapat tiga pasangan kandidat yang akan bertarung merebutkan posisi Presiden dan Wakil Presiden.

Pasangan calon nomor urut satu adalah Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, nomor urut dua Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan nomor urut tiga Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Megapolitan
Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan 'Treadmill' untuk Calon Jemaah Haji

Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan "Treadmill" untuk Calon Jemaah Haji

Megapolitan
Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Megapolitan
Anggap Pendaftaran Cagub Independen DKI Formalitas, Dharma Pongrekun: Mustahil Kumpulkan 618.000 Pendukung

Anggap Pendaftaran Cagub Independen DKI Formalitas, Dharma Pongrekun: Mustahil Kumpulkan 618.000 Pendukung

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com