Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sempat Tak Kondusif, Mediasi antara Pesantren Khoirur Rooziqiin dan Warga Dilakukan Dua Kali

Kompas.com - 15/03/2024, 16:09 WIB
Dinda Aulia Ramadhanty,
Abdul Haris Maulana

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Ketua Pesantren Khoirur Rooziqiin Ali Murthado mengatakan, mediasi antara pihaknya dan warga Rawa Maya, Beji, Depok, harus dilakukan dua kali lantaran tidak ada titik temu pada mediasi pertama.

"Mediasi pertama enggak terlalu mudah untuk diskusi karena terlalu banyak orang yang seharusnya tidak ikut. Area mediasi jadi area publik," kata Ali kepada Kompas.com, Jumat (15/3/2024).

Baca juga: Butuh Rp 2,7 Miliar untuk Bangun Jalan, Pesantren Khoirur Rooziqiin Depok Harus DP Rp 1 Miliar Usai Lebaran

Saat pelaksanaan mediasi pertama, kata Ali, terlalu banyak diskusi panjang hingga pembahasan sejarah pesantren.

"Sampai ada satu titik di mana pak RW memberikan usulan kalau bisa ada mediasi yang lebih privasi dan di rumah saja," ucap Ali.

Selepas usulan tersebut, pihak yang lebih intensif untuk melakukan diskusi akhirnya melanjutkannya pada mediasi kedua pada hari yang sama.

"Setelah itu, kami ke rumah salah satu ahli waris, tempatnya di kandang kambing, dekat dengan tanah yang akan dijual supaya bisa langsung tahu titiknya yang mana aja sih," ungkap Ali.

Pada mediasi kedua, pihak yang berdiskusi hanya ada pembina pesantren Ustaz Nasrullah, Ali Murthado selagi ketua pesantren, ketua RT dan ketua RW setempat, serta para ahli waris.

Sementara itu, pihak lainnya yang hadir pada mediasi pertama, yakni camat Beji, Kapolsek dan Wakapolsek, Kesbangpol, Pemda, dan Danramil tidak diikutsertakan pada mediasi kedua.

Baca juga: Hasil Mediasi, Pesantren Khoirur Rooziqiin Akhirnya Setuju Beli Lahan Warga Rp 2,7 Miliar untuk Akses Jalan

Dalam pembicaraan mediasi kedua, Ali mengaku tetap mencoba bernegosiasi harga jual tanah yang mencapai Rp 4,5 juta per meter persegi.

"Kami mencoba menurunkan harga, tapi tidak ada ACC. Namun, ada tambahan, dari harga tersebut, kondisi lahan akan diberikan apa adanya. Tapi sekarang, harga tersebut termasuk pengurukan empang yang akan dilakukan ahli waris," imbuh Ali.

Berdasarkan pernyataan Ali, hasil mediasi secara gambaran besar adalah pihak pesantren akan membeli lahan tanah warga Rawa Maya seluas 600 meter persegi.

Lahan tersebut nantinya diperuntukkan sebagai akses jalan utama pesantren yang selama ini belum pernah ada.

Nominal biaya yang diperlukan untuk membeli lahan mencapai Rp 2,7 miliar, termasuk pengurukan empang.

"Alhamdulillah, setidaknya dari total Rp 2,7 miliar, kami tidak akan mengeluarkan dana besar lagi untuk pengurukan," tutur Ali.

Baca juga: Duduk Perkara Pesantren Khoirur Rooziqiin Tak Punya Akses Utama

Sebagai informasi, Pondok Pesantren Khoirur Rooziqiin di Jalan Rawa Maya, Beji, Depok, tak punya pintu akses utama jalan keluar masuk sejak pertama berdiri pada tahun 2019.

Ali Murthado mengungkapkan, para santri dan karyawan bertahan dari tahun ke tahun menggunakan pintu akses kecil yang tersebar di beberapa sisi selatan, utara, dan barat sekolah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com